BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Seiring dengan
perkembangan zaman, masalah-masalah yang terjadi saat ini sangatlah kompleks.
Sebuah Negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai macam masalah yang
pastinya berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang
memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah perekonomian
sudah tidak lazim di Indonesia salah satu contohnya adalah masalah ekonomi
yaitu inflasi. Masalah tersebut mewujudkan beberapa efek buruk yang bersifat
ekonomi, politik dan sosial dan itu sangat membutuhkan solusi yang tepat untuk
menyelesaikan masalah tersebut agar tidak menghambat langkah Negara Indonesia
untuk menjadi Negara yang lebih maju.
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah
suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu)
berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di
pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat
adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga
merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses
dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat
harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah
indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses
kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling
pengaruh-memengaruhi. Istilahinflasi juga digunakan untuk
mengartikan peningkatan persediaan uang yang
kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk
mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Dengan kata
lain juga inflasi adalah suatu proses di mana menurunnya nilai mata uang secara
kontinu. Inflasi merupakan proses dari suatu perisitiwa, bukan tinggi-rendahnya
tingkat suatu harga. Artinya, apabila tingkat harga tinggi itu belum pasti
menunjukkan inflasi. Jika terjadi proses kenaikan harga yang berlangsung secara
terus menerus dan saling mempengaruhi berarti terjadi inflasi. Pada saat
terjadi inflasi daya beli uang menurun. Deflasi merupakan kebalikan dari
inflasi. Deflasi berarti penurunan harga barang dan jasa secara umum.
Hal ini dapat menyebabkan kelesuan dalam dunia ekonomi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
tulisan ini permasalahan yang hendak akan dibahas dalam tulisan ini
dirumuskan sebagai berikut:
a. Apa pengertian
Inflasi dan Deflasi ?
b. Apa saja
Jenis-jenis Inflasi ?
c.
Bagaimanakah
Penyebab terjadinya Inflasi dan Deflas i?
d. Apa saja
Kebijakan yang dilakukan dalam mengatasi Inflasi ?
C. Tujuan
Berdasarkan atas rumusan masalah tersebut
diatas, dapat diketahui tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
a. Untuk
mengetahui pengertian Inflasi dan Deflasi.
b. Untuk
mengetahui Jenis-jenis Inflasi.
c. Untuk
mengetahui Penyebab terjadinya Inflasi dan Deflasi.
d. Untuk
mengetahui Kebijakan yang dilakukan dalam mengatasi Inflasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pengertian
Inflasi Menurut Para Ahli
Salah satu
indikator ekonomi yang digunakan untuk melihat/mengukur stabilitas perekonomian
suatu negara adalah inflasi. Perubahan dalam indikator ini akan berdampak
terhadap dinamika pertumbuhan ekonomi. Dalam perspektif ekonomi, inflasi
merupakan fenomena moneter dalam suatu negara dimana naik turunnya inflasi
cenderung mengakibatkan terjadinya gejolak ekonomi. Silvia et al (2013).
Inflasi dapat
didefinisikan sebagai proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu
perekonomian. Kenaikan satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi
kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada barang
lain. Tingkat inflasi (presentase pertambahan kenaikan harga) berbeda dari
suatu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke negara
lain kenaikan harga diakibatkan oleh banyak faktor. (Utomo;2013)
Veneris dan
Sebol dalam Muana Nanga (2001:241) mendefinisikan inflasi sebagai suatu
kecenderungan meningkatnya tingkat harga umum secara terus-menerus sepanjang
waktu. Berdasarkan definisi tersebut, kenaikkan tingkat harga umum (general
price level) yang terjadi sekali waktu saja, tidaklah dapat dikatakan sebagai
inflasi. Dari definisi tersebut ada tiga hal penting yang ditekankan dari
inflasi, yaitu:
1. adanya kecenderungan harga-harga untuk
meningkat, yang berarti bisa saja tingkat harga yang terjadi pada waktu
tertentu turun atau naik dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap
menunjukan tendensi yang meningkat.
2. bahwa kenaikkan tingkat harga tersebut
berlangsung secara terus-menerus (sustained),yang berarti bukan hanya terjadi
pada satu waktu saja, akan tetapi bisa beberapa waktu lamanya.
3. bahwa tingkat harga yang dimaksud disini
adalah tingkat harga umum, yang berarti tingkat harga yang mengalami kenaikkan
itu bukan hanya pada satu atau beberapa komoditi saja, akan tetapi untuk harga
barang secara umum.
Inflasi adalah
suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus (continue)
berkaitan dengan mekanisme pasar yang di sebabkan beberapa faktor antara
lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas dipasar yang
bahkan memicu konsumsi bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang (Nopirin, 2000:25)
BAB III
PEMBAHASAN
Pengertian
inflasi dan Deflasi
Inflasi merupakan
Kecenderungan naiknya harga barang-barang secara umum dan terjadi secara terus
menerus. Kenaikan harga satu atau beberapa barang tidak dapat dikatakan bahwa
terjadi inflasi. Selain itu, apabila kenaikan harga barang terjadi secara
temporer, seperti menjelang hari raya misalnya, maka hal itu tidak dapat
dikatakan sebagai inflasi. Dengan naiknya harga barang-barang di satu sisi, hal
itu mengandung arti terjadinya penurunan nilai uang di sisi lain.
Deflasi merupakan
suatu gejala ekonomi yang menunjukkan penurunan harga penjualan pasar akibat
kemerosotan ekonomi. Menurut definisi IMF, deflasi adalah suatu fenomena
ekonomi yang terjadi akibat berlangsungnya resesi panjang akibat penurunan
harga penjualan pasar kurang-lebih 2 tahun. Deflasi dapat dikatakan suatu
gejala ekonomi yang berbahaya, seperti halnya inflasi, karena terus
meningkatkan situasi labil terhadap faktor subjek ekonomi secara psikologi. Dan
bagaikan resesi panjang deflasi dapat pula menjatuhkan nilai aset sekaligus
menghantam berbagai sektor perekonomian. Pada deflasi, jumlah uang yang beredar
dalam masyarakat terlalu sedikit, sedangkan barang dan jasa tersedia secara
melimpah sehingga kenaikan secara tajam nilai mata uang dan peningkatan peranan
uang tidak dapat dihindarkan. Dalam keadaan deflasi, para penjual akan merasa
tidak aman untuk menahan persediaan barangnya terlalu lama, karena khawatir
tingkat harga akan terus menurun. Sebaliknya, pihak pembeli akan bersikap
menunggu dengan harapan harga akan lebih turun lagi.
B.Jenis-Jenis
Inflasi
Inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
dalam pengelompokan tertentu, antara lain:
1. Berdasarkan
Asalnya,
Inflasi digolongkan menjadi dua yaitu :
a.
Inflasi yang
berasal dari dalam Negeri ( Domestic Inflation ). yaitu inflasi yang sepenuhnya
disebabkan oleh kesalahan pengelolaan perekonomian baik di sektor riil ataupun
di sektor moneter di dalam negeri oleh para pelaku ekonomi dan masyarakat.
b.
Inflasi yang
berasal dari luar negeri ( Imported Inflation ), yaitu inflasi yang disebabkan
oleh adanya kenaikan harga-harga komoditi di luar negeri (di negara asing yang
memiliki hubungan perdagangan dengan negara yang bersangkutan). Inflasi ini
hanya dapat terjadi pada negara yang menganut sistem perekonomian terbuka (open
economy system). Dan, inflasi ini dapat ‘menular’ baik melalui harga
barang-barang impor maupun harga barang-barang ekspor.
Terlepas dari pengelompokan-pengelompokan
tersebut, pada kenyataannya inflasi yang terjadi di suatu negara sangat jarang
(jika tidak boleh dikatakan tidak ada) yang disebabkan oleh satu macam / jenis
inflasi, tetapi acapkali karena kombinasi dari beberapa jenis inflasi. Hal ini
dikarenakan tidak ada faktor-faktor ekonomi maupun pelaku-pelaku ekonomi yang
benar-benar memiliki hubungan yang independen dalam suatu sistem perekonomian
negara. Contoh : imported inflation seringkali diikuti oleh cost push
inflation, domestic inflation diikuti dengan demand pull inflation, dan
sebagainya.
2. Berdasarkan keparahannya, Inflasi
apabila digolongkan berdasarkan tingkat keparahannya dibedakan menjadi 4, yaitu
:
a. Inflasi Ringan
atau inflasi merangkak (creeping inflation), yaitu inflasi yang lajunya kurang
dari 10% per tahun, inflasi seperti ini wajar terjadi pada negara berkembang
yang selalu berada dalam proses pembangunan.
b. Inflasi Sedang,
Inflasi ini memiliki ciri yaitu lajunya berkisar antara 10% sampai 30% per
tahun.Tingkat sedang ini sudah mulai membahayakan kegiatan ekonomi.Perlu
diingat laju inflasi ini secara nyata dapat dilihat garak kenaikan
harga.Pendapatan riil masyarakat terutama masyarakat yang berpenghasilan tetap
seperti buruh ,mulai turun dan kenaikan upah selalu lebih kecil bila
dibandingkan dengan kenaikan harga.
c. Inflasi Berat, yaitu
inflasi yang lajunya antara 30% sampai 100%.Kenaikan harga sudah sulit
dikendalikan.Hal ini diperburuk lagi oleh pelaku-palaku ekonomi yang
memanfaatkan keadaan untuk melakukan spekulasi.
d. Inflasi Liar
(hyperinflation ), yaitu inflasi yang lajunya sudah melebihi dari 100% per
tahun. Inflasi ini terjadi bila setiap saat harga-harga terus berubah dan
meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai
uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hyperinflastion).
3. Berdasarkan
Penyebabnya
Penggolongan inflasi selanjutnya dapat
dibedakan menurut penyebabnya yaitu itu tarikan permintaan dan tarikan desakan
( tekanan ) biaya / produksi / distribusi. Secara singkat sebab yang pertama (
tarikan permintaan ) lebih cenderung dipengaruhi dari peran Negara dalam
kebijakan moneter ( Bank Sentral ), sedangkan sebab yang kedua lebih cenderung
dipengaruhi dari peran Negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini
dipegang oleh Pemerintah misalnya Fiskal, kebijakan pembangunan infrastruktur,
regulasi, dan lainnya.
a. Tarikan
permintaan
Hal ini terjadi
akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh
membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan
memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau
likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa
mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut.
Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga
faktor produksi meningkat.
Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu
perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana
biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang
berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor
selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran
jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi
yang terjadi di sektor industri keuangan.
secara singkat
tarikan permintaan ini terjadi akibat adanya kenaikan pemintaan Agregat yang
terlalu besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran atau produksi Agregat.
b. Desakan biaya
Hal terjadi
akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan
distribusi, meskipun permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat
secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau
berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat
memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau
juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk
tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi
sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di
sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan
bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll,
sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu
juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor
infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
4. Berdasarkan
cakupan pengaruh terhadap harga
Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya
cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya
berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi
tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi
pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi
terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi
demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat
sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus
merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
C.Sebab
Terjadinya inflasi dan Deflasi
1. Sebab Terjadinya Inflasi
Demand
Inflation, yaitu inflasi yang timbul karena desakan permintaan masyarakat akan
barang dan jasa begitu kuat. Inflasi ini muncul karena naiknya tingkat
pendapatan masyarakat, sehingga masyarakat cenderung membeli barang dan jasa
lebih banyak dari yang biasa mereka gunakan. Misalnya seseorang yang biasa
mengkonsumsi susu satu gelas sehari, karena pendapatnya meningkat, maka
konsumsi susunya juga meningkat menjadi 3 gelas sehari. Dengan meningkatnya
konsumsi atau pembelian, akan mendorong naiknya harga barang-barang.
Cost-push
Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan karena naiknya biaya produksi.
Misalnya terjadi kenaikan bahan bakar atau tuntutan buruh akan kenaikan upah,
dimana kedua hal itu merupakan bagian dari biaya produksi, maka perusahaan pun
akan menaikkan harga jual barang dan jasanya.
2. Inflasi berdasarkan sumber terjadinya
Domestic
inflation, yaitu inflasi yang berasal atau bersumber dari dalam negeri;
Misalnya pemerintah mengalami defisit anggaran belanja kemudian pemerintah
mencetak uang baru, sehingga jumlah uang beredar bertambah. Keadaan ini akan
mendorong tingkat konsumsi masyarakat, bila penawaran barang tetap, maka hal
ini akan mendorong kenaikan harga barang-barang.
Imported
inflation, yaitu inflasi yang berasal dari luar negeri. Sebagai contoh adalah
negara kita, dimana negara kita masih banyak mengimpor bahan baku dan barang
modal lainnya. Apabila harga barang-barang yang diimpor itu naik, maka biaya
produksi juga meningkat, yang akhirnya akan menaikkan harga jual barang dan
jasa.
Sebab Sebab timbulnya inflasi
penyebab terjadinya inflasi, yaitu antara lain
:
a.
Naiknya
permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa. Ketika pemerintah menaikkan
gaji pegawai negeri sipil(PNS), biasanya diikuti dengan kenaikan permintaan
barang dan jasa. Bila kenaikan besarnya permintaan ini tidak diimbangi dengan
penambahan volume barang dan jasa di pasar, maka hal ini akan berakibat pada
naiknya harga barang dan jasa. Kenaikan gaji PNS ini pada dasarnya
mengidikasikan adanya kenaikan jumlah uang yang beredar. Jenis inflasi ini
disebut demand-pull inflation
b. Kenaikan biaya
produksi, Pada waktu pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), maka
harga barang-barang di pasar juga akan meningkat. Mengapa? Ka rena kenaikan
harga BBM berdampak pada kenaikan biaya produksi, akibatnya perusahaan juga
menaikkan harga jual barang dan jasanya. Disini terjadi cost-push inflation.
c. Defisit
anggaran belanja (APBN). Defisit APBN yang ditutup dengan percetakan uang baru
oleh Bank Indonesia, akan berakibat pada bertambahnya jumlah uang beredar,
Dimana hal ini akan berdampak pada kenaikan harga barang dan jasa.
d. Menurunnya
nilai tukar rupiah. Menurunnya nilai tukar terhadap valuta asing, seperti US
dollar, Yen, Deutche Mark, akan berdampak pada semakin mahalnya barang-barang
produksi impor. Hal ini berakibat pada kenaikan biaya produksi.
3. Sebab Terjadinya Deflasi
Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab
deflasi :
a. Menurunnya
Persediaan Uang di Masyarakat. Menurunnya jumlah persediaan uang di masyarakat
ini cenderung disebabkan karena sebagian besar masyarakat menyimpan uangnya di
bank.
b.Meningkatnya
Persediaan Barang. apabila permintaan barang meningkat.Produsen cenderung terus
meningkatkan produksinya pada saat kondisi seperti itu.
c. Menurunnya
Permintaan Akan Barang. Apabila permintaan akan suatu barang menurun sedangkan
produksi tetap dilakukan maka cenderung hal tersebut akan menurunkan tingkat
harga barang yang bersangkutan.
D. Kebijakan
Mengatasi Inflasi
Secara umum terdapat dua kebijakan yang
dilakukan untuk menekan laju inflasi diantaranya kebijakan moneter, kebijakan
fiscal dan kebijakan non moneter.
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah tindakan atau
kebijakan yang diambil oleh penguasa moneter biasanya bank sentral untuk
mempengaruhi jumlah uang yang beredar sehingga akan terjadi perubahan jumlah uang
yang beredar yang pada akhirnya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat.
Ada beberapa macam kebijakan moneter yaitu :
a.Politik
Diskonto. Politik diskonto (discount policy) adalah politik bank sentral untuk
mempengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikan dan menurunkan tingkat
bunga.Dengan menaikan tingkat bunga diharapkan jumlah uang yang beredar di
masyarakat akan berkurang, karena orang akan lebih banyak menyimpan uangnya di
Bank dari pada menjalankan investasi.Sebaliknya,Bank sentral akan menurunkan
suku bunga jika timbul deflasi (yang akan dibahas lebih dalam pada halaman
berikutnya).Dengan diturunkannya suku bunga diharapkan masyarakat akan menarik
uangnya dari bank karena bunga tidak memadai. Tindakan Bank Sentral selaku
otoritas moneter untuk mengubah tingkat bunga: a. Diskonto naik (tingkat bunga)
maka dapat mengubah kecenderungan masyarakat untuk menahan sejumlah uang yang
beredar untuk di simpan di Bank. b.
Diskonto naik, maka ongkos pinjaman naik. Bila bunga pinjaman semakin besar, maka
ada kecenderungan tertahannya kegiatan yang pembiayaannya berasal dari pinjaman
kredit.
b.Kebijakan
Persediaan Kas (cash ratio policy). Bank sentral pada umumnya menentukan cash
ratio yaitu angka perbandingan minimum antara uang tunai yang dimiliki oleh
bank umum dengan jumlah uang giral (cek.giro dan sebagainya) yang dikeluarkan
oleh bank yang bersangkutan.
c. Politik pasar
terbuka (Tight Money Policy),Untuk uang yang beredar, Bank sentral melakukan
tindakan untuk menjual surat berharga antara lainyang disebut Sertifikat Bank
Indonesia., Bila Bank sentral membeli surat-surat berharga dari lembaga
keuangan bank, adalah untuk menaikkan cadangan (reservoir) di bank-bank umum,
atau menaikkan likuiditas
2. Kebijakan Fiskal
a.Pengaturan Pengeluaran Pemerintah. Pengaturan
pengeluaran sangat perlu di lakukan. Dalam hal ini diharapkan penggunaan
anggaran negara agar sesuai dengan perencaan.Kalau pembelajaan Negara melampui
batas yang telah ditentukan akan mendorong terjadinya pertambahan uang yang
beredar begitu juga sebaliknya.
b.Menaikan Tarif Pajak. Saat terjadi inflasi uang
beredar lebih banyak.Jumlah uang beredar tersebut dapat dikurangi dengan jalan
menaikan tariff pajak.Jika tariff pajak dinaikkan uang yang dibelanjakan oleh
masyarakat berkurang.Namun harus diperhatikan agar tidak terjadi ketimpangan
atau ketidakadilan perlu diperhatikan golongan masyarakat mana yang dinaikkan
pajaknya.
c.Mengadakan Pinjaman Pemerintah. Pemerintah
dapat mngadakan pinjaman pemerintah bauik dengan jalan paksaan ataupun
tidak,untuk mengurangi uang yang beredar di masyarakat.Cara yang paling ampuh
dilakukan untuk menyukseskan kebijakan ini yaitu dengan jalan membekukan
simpanan yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di bank.Dapat juga ditempuh
dengan jalan memotong gaji pegawai negeri untuk di tabung.
3. Kebijakan Non-Moneter
a.
Menaikan Hasil
Produksi. Kenaikan hasil produksi dapat memperkecil laju inflasi.Kenaikan hasil
produksi dapat dilakukan dengan cara kebijakan penurunan bea masuk.Hal ini akan
berakibat impor barang meningkat.Pertambahan jumlah barang di dalam
negericenderung menurunkan harga.
b.
Kebijakan Upah.
Kebijakan upah adalah tindakan menstabilkan upah dan gaji dengan cara gaji
tidak sering dinaikan.Kenaikan gaji dan upah akan menimbulkan kenaikan daya
beli.Hal ini pada akhirnya menaikan permintaan terhadap barang-barang secara
keseluruhan.Apabila hal ini terjadi,maka akan menimbulkan inflasi.
BAB
IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari analisa dan pembahasan pada bab-bab
sebelumnya dapat disimpulkan, sebagai berikut; inflasi adalah suatu
proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan
dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain,
konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang
memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang.
Apabila
harga suatu barang mengalami penurunan, maka daya beli masyarakat dan
permintaan masyarakat akan barang tersebut menjadi naik. Sebaliknya jika harga
suatu barang mengalami kenaikan, maka daya beli masyarakat akan mengalami
penurunan. Sebagaimana yang tercantum dalam hukum permintaan. Berbanding
terbalik dengan penawaran, jika harga suatu barang sedang mengalami penurunan,
maka penawaran barang tersebut akan menurun pula, tetapi jika harga barang
tersebut sedang mengalami kenaikan, maka penawaran akan barang tersebut juga
akan meningkat. Sesuai dengan hukum penawaran.
Terjadinya
inflasi tergantung pada sejumlah faktor yang mempengaruhi naik turunnya tingkat
harga, juga tergantung pada kebutuhan masyarakat akan barang tersebut.
2. SARAN
Pemerintah
Indonesia harus segera mengambil suatu tindakan yang bijak, lebih memperhatikan
masyarakat dan harus melindungi masyarakat dari inflasi. Karena inflasi dapat
menurunkan daya beli masyarakat dan juga sangat menyengsarakan masyarakat miskin.
Dengan terus menaiknya inflasi kesejahteraan masyarakat Indonesia pun kian
berkurang.
Namun tidak
hanya pemerintah yang berusaha untuk mengatasi masalah inflasi ini tapi
masyarakat juga harus mendukung pemerintah dengan ikut serta dalam penghematan
pemakaian bahan bakar minyak dengan melakukan efisiensi energi pada sektor
transportasi.
DAFTAR PUSTAKA
Waluya Harry
Drs, Ekonomi Moneter Uang dan Perbankan,Penerbit Rineka Cipta
Nopirin,Phd.Ekonomi Moneter, UGM Yogyakarta,
Ed1,1985
Biulio, Eugene A. Money and Banking, Schaum’s
Outlineries, 1990
No Name.
Himpunan Peraturan Menteri Keuangan, tentang kebijaksanaan, “November 1978’’,
Departemen Keuangan, 1978
0 Response to "MAKALAH MONETER DAN PERBANKKAN (INFLASI DAN DEFLASI)"
Post a Comment