MAKALAH BUDI DAYA RUMPUT LAUT





KATA PEGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan tugas ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Tugas ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Tugas ini memuat tentang BUDIDAYA RUMPUT LAUT’’ sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak tentang bagaimana membudidaya rumput laut.
Semoga tugas ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun tugas ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya.
 

                                                                                                              Terima kasih.

                                                                                                                  Penulis







DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..       
BAB I  PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN                                                                                                          
1.      Penerapan Teknologi Budaya ………….................................................................       
2.      Kinerja Produksi…………………………..............................................................
3.      Output Diseminasi....................................................................................................
                                                                                                                                               
BAB III                                                                                                                                       PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………………………………...      

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...     





















BAB I 
PENDAHULUAN


Latar Belakang

Sebagai negara yang dikelilingi oleh lautan, Indonesia mempunyai panjang pantai ±81.000 km dengan luas perairan pantainya adalah ± 6.846.000 km. Ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi yang baik untuk mengembangkan dan memanfaatkan kekayaan lautnya terutama rumput laut (Sulistyowati, 2003). Pemanfaatanrumput laut kemudian berkembang kearah komersial untuk diekspor dan diperdagangkansebagai bahan mentah untuk pembuatan agar-agar atau karaginan (carageen). Indonesiamerupakan salah satu negara penghasil dan pengekspor rumput laut yang cukup penting diAsia. Pada beberapa daerah lain pengembangan budidaya rumput laut sudah cukup instensif, namun mengalami penurunan akhir-akhir ini. Hal yang sama terjadi di Kabupaten Natuna merupakan salah satu wilayah yang cukup potensial untuk pengembangan budidaya laut khususnya rumput laut  Kappaphycus sp Potensi budidaya rumput laut Kappaphycus sp yang tersedia disepanjang pantai dengan luas ditargetkan pada tahun 2009 mencapai 8.780Ha dengan produksi bisa mencapai 307.300 ton (Anonim,2005). Produksi rumput laut dapat disebabkan antara lain oleh lemahnya teknologi budidaya (bibit, metode budidaya, umur panen, dan penanganan pasca panen), dan regulasi pemerintah (penataan ruang, sumberdaya). Salah satu cara untuk menjamin kontinuitas penyediaan produksi dan kandungan karaginan rumput laut dalam jumlah yang dikehendaki adalahdengan pemilihan lokasi budidaya, rekomendasi luasan yang optimal dan teknologi budidaya(Rorrer,et al.1998; Peira, 2002). Untuk meningkatkan produksi dan kualitas rumput laut serta memanfaatkan lahan perairan Indonesia maka upaya pengembangan budidaya rumput laut masih perlu dikaji dandipelajari. Hasil-hasil percobaan ini diharapkan dapat dikembangkan sebagai usaha budidayarumput laut yang berdaya guna dan berhasil guna. Dalam mengoptimalkan peranan sektor  perikanan ini, pemerintah telah berupaya mendorong masyarakat seluas-luasnya untuk melakukan kegiatan pembangunan dan pengembangan subsektor perikanan yang diyakiniakan mampu meningkatkan dan menjadi andalan perekonomian nasional, khususnyameningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan.Secara umum maka pemecahan masalah yang akan ditelusuri dalam kegiatan iniadalah bagaimana pemanfaatan dan pengembangan teknologi budidaya rumput laut yangmemenuhi persyaratan teknis agar dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan.Oleh karena itu dalam rangka menerapan teknologi budidaya melalui diseminasi dan alih teknologi budidaya Rumput Laut di Kabupaten Natuna. Kedua ,mengangkat seluruh tanaman. Cara ini memerlukan waktu kerja yangsingkat. Pelepasan tanaman dari tali dilakukan di darat dengan cara memotong tali.2.3.2. Teknik Diseminasi Kawasan pembudidayaan rumput laut dilaksanakan pada kawasan pesisir pantai yang mempunyai luas minimal 20 Ha.





 Tiap kawasan di daerah tersebut dibudidayakan rumput laut seluas 0,5 ha sebagai lokasi incubator diseminasi, di lokasi inkubator inilah para petani rumput laut dikawasan tersebut berpartisipasi sebagai pengelola secara bersama-sama dilakukan pembekalan pertama. Selanjutnya pada setiap hari, minggu, bulan dan akhir pemeliharaan juga dilakukan diskusi dan pembekalan. Pembekalanan pertama kali dikakukan antara pihak yang berkepentingan seperti Pemda Natuna, narasumber lainnya terhadap petani tentang sistem kerja dan teknologi pembudidayaan rumput laut yang diterapkan di lapangan. Diskusi setiap hari dilakukan antara petani dengan petani lainnya serta dengan instruktur III. Diskusi mingguan dilakukan antara petani dengan instruktur II dan III dan diskusi bulanan dilakukan antara petani dengan intruktur

 Pengukuran Peubah
Untuk menghitung produktivitas rumput laut, maka dilakukan pemanenan rumput laut secara keseluruhan yang dibudidayakan. Data yang diambil untuk menghitung produksi rumput laut diambil dengan cara ditimbang berat pada saat panen. Pemeliharaan rumput laut dilakukan selama 45 hari/musim tanam. Sedangkan parameter kualitas air diukur setiap pekan pada saat dilakukan sampling, meliputi suhu, kecepatan arus, salinitas, nitrit, phosphat dan parameter kualitas air lainnya.















BAB II 
HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Penerapan Teknologi Budidaya
Dalam kegiatan diseminasi ini, masyarakat disepanjang pantai perairan Takalar khususnya Desa Punaga Kecamatan Mangarabombang menerapkan budidaya rumput lautmetode lepas dasar (patok) dan metode tali panjang (longline). Kedua metode ini hanyadibedakan posisi penempatannya. Pada metode lepas dasar patok dapat dilakukan pada dasar perairan yang terdiri dari pasir dan karang mati, mudah untuk menancapkan patok/pancang serta kedalaman perairan 30 cm pada saat surut terendah. Cuma metode inisulit dilakukan pada dasar perairan yang berkarang keras. Sedangkan metode tali panjang long line cocok untuk perairan dengan dasar yang berkarang dan berpasir serta pergerakan airnya didominasi oleh ombak serta kedalaman perairan diatas 5 meter pada saat surut terendah dengan lepas dasar patok dengan tali panjang long line.

3.2. Kinerja Produksi
 Data Target dan Realisasi Produksi Rumput Laut No. Produksi Target (Kg) Realisasi Berdasarkan pengamatan, terlihat bahwa produksi akhir selama 45 hari pemeliharaan menunjukkan bahwa secara visual masih memberikan produksi sebanyak 1026 kg basah (16,29 %) dari target produksi 6.300 kg. Rendahnya produksi diduga berkaitan erat dengan suhu dan arus, di mana pada periode penanaman Musim Timur ini terjadi fluktuasi suhu yang tinggi dan arus sudah mulai kencang karena mulai memasuki Musim Barat, namun masih memungkinkan untuk penanaman rumput laut akan tetapi terjadi perubahan warna dankerontokan pada tanaman. Pada daerah penanaman rumput laut pada umumnya dihentikanmemasuki bulan September sampai dengan Oktober yang merupakan musim peralihan dan November sampai dengan Desember karena adanya arus dan ombak yang sangat besar,sehingga alternatif metode budidaya yaitu metode lepas dasar patok. Adapun hasil pengamatan produksi akhir umur 35 hari pemeliharaan menunjukkan bahwa secara visual masih memberikan produksi bibit rumput laut basah K. alvarezii 525 kg basah (19,44 %)dari target 2.700 kg dan telah disalurkan ke kelompok pembudidaya yang membutuhkannya.Hasil pengamatan secara diskriptif menunjukkan bahwa produksi rumput laut Kappaphycus sp yang dibudidayakan tergantung sistem budidaya dan musim tanam (Akmal,dkk. 2008). Menurut Neori,et al.(1998), produksi rumput laut tergantung dari musim,misalnya rumput laut Ulva lactuca rata-rata produksi pada musim panas 292 gram berat basah/hari (52 gram berat kering), dan 83 gram berat basah/hari (15 gram berat kering) padamusim dingin. Menurut (Huang,et al , 1998; Rorrer, 2000), perkembangan sel dan thallusrumput laut baik secara alami maupun budidaya tidak ada perbedaan yaitu dengan diameter awal 2– 8 mm setelah dipelihara 40 – 60 hari mencapai 10 mm.




 Hal ini diduga karena sistem budidaya longline dasar perairannya yang didominasi oleh lumpur dapat mengakibatkankekeruhan yang tinggi. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan bukan hanya penetrasicahaya yang rendah namun dampak langsungnya juga dapat berupa penempelan lumpur pada permukaan rumput laut yang dipelihara pada Musim Timur sehingga laju pertumbuhanhariannya cenderung lebih kecil dibanding pada Musim Barat dengan menggunakan sistem budidaya lepas dasar patok. Pada sistem longline maupun lepas dasar patok terdapat ruangkosong, sehingga dapat menciptakan ruang yang cukup lapang bagi arus untuk masuk di bagian bawah tali rentangan.Arus memegang peranan penting dalam pertumbuhan rumput laut, karena denganadanya arus akan membawa zat hara yang merupakan makanan bagi Thallus rumput laut. Makin besar gerakan air, makin banyak difusi yang menyebabkan proses metabolismesemakin cepat mengakibatkan pertumbuhan tanaman semakin cepat. Selain itu, arus berfungsi menghomogenkan massa air sehingga fluktuasi salinitas, suhu, pH, dan zat-zatterlarut dapat dihindari (Trono, 1974). Apabila arus yang diperoleh sama pada tiap bagian talirentang, maka kesempatan untuk bertumbuh akan sama baik untuk  Thallus rumput laut yang berada di bagian tepi maupunthallus rumput laut yang berada di bagian tengah. Arus yangmemadai berpengaruh positif terhadap pertumbuhan thallus rumput laut. Berdasarkan pengamatan dan pemantauan budidaya rumput laut secara berkala dapatdiketahui beberapa permasalahan teknis yang dihadapi dalam berbudidaya. Masalah yangdihadapai dapat menjadi pertimbangan dalam mencari alternatif pemecahan masalah yangakhirnya dapat dijadikan acuan dalam menetapan produksi yang maksimal. Permasalahan budidaya rumput laut akan bervariasi antar lokasi, karena itu pengamatan sebaiknyadilakukan pada beberapa sentra produksi rumput laut di kawasan pembudidaya KabupatenTakalar. Dalam perjalanan kegiatan ada beberapa permasalahan yang dihadapi, antara lain ;1) Thallus yang akan keluar sebagai tanaman baru masih relatif pendek dan kecil, 2) Rendahnya laju pertumbuhan rumput laut yang ditanam, diduga karena salinitas cukuprendah disebabkan tingginya curah hujan pada musim Barat, dalam peralihan musim dariBarat ke Timur, 3) Peralihan musim dari Barat ke Timur, tumbuh banyak Sargassum sp disekitar kawasan budidaya sehingga menghambat pertumbuhan Kappaphycussp sampai mematikan rumput laut yang telah ditanam.Tabel 2. Data Parameter Kualitas Air Budidaya Selama Kegiatan Diseminasi Budidaya DiDesa Punaga Kabupaten Takalar  No. Parameter Kisaran Kualitas Air SelamaBudidaya Rumput Laut1 Suhu (0C) 29 - 332 Salinitas (ppt) 29 - 343 Kecepatan Arus (cm/dt) 20 - 454 Kecerahan (m) 1 - 5 <5 pH 7,85 – 8,16 ± 0,0146 Alkalinitas (ppm) 110,81 ± 1,457 Amonia (ppm) 0,139  – 0,422 ± 0,0328 Nitrit (ppm) < 0,05 – 0,0779 Phosphat (ppm) < 0,062 ± 0,013Pengamataan parameter kualitas air di lokasi kegiatan budidaya (Tabel 2),menunjukkan kisaran parameter kualitas air yang layak untuk pertumbuhan rumput laut Kappaphycus spp, dimana parameter kualitas air di perairan desa Punaga salinitas berkisar 29-33 ppt, suhu berkisar antara 29-31 0C, kecepatan arus berkisar 20-30 cm/dtk, dankecerahan 1 - 3 meter.




 Sedangkan di desa Bontoloe salinitas berkisar 32-34 ppt, suhu berkisar antara 31-33 0C, kecepatan arus berkisar 30-45 cm/dtk, dan kecerahan > 5 meter.Hal ini sesuai Mubarak (1999) menyatakan kondisi perairan yang optimum untuk budidaya Kappaphycus sp adalah kecepatan air sekitar 20 – 40 cm/dtk, dasar perairan cukup keras,tidak berlumpur, kisaran salinitas 28-34 ppt (optimum 33 ppt), suhu air berkisar 20-28 0Cdengan fluktuasi harian maksimal 4 0C, kecerahan tidak kurang dari 1-5 m.

3.3. Output Diseminasi
Kinerja dan output dalam diseminasi yang dilakukan dengan metode menyiapkanlokasi inkubator seluas 1,0 ha sebagai lokasi budidaya rumput laut, yaitu adanya 1 (satu)kelompok pembudidaya di lokasi inkubator turut berpartisipasi sebagai pengelola secara bersama-sama. Sebelum menerapkan teknologi pembudidayaan rumput laut dilakukan pembekalan pertama, oleh pihak Pemda Natuna dan nara sumber lainnya. Materi pembekalanan tentang sistem kerja dan teknologi pembudidayaan rumput laut yangditerapkan di lapangan. Selanjutnya,  nara sumber dan kelompok  pembudidaya berkumpul melakukan diskusi. Selanjutnya pada setiap minggu atau setiap bulan dan akhir pemeliharaan juga dilakukan diskusi dan pembekalan konsep alih teknologi.

























BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

Dari kegiatan ini dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut ;
a.    Penerapan teknologi budidaya dengan metode lepas dasar patok dan tali  panjanglongline yang digunakan disesuaikan dengan kondisi dasar perairan setempat. 
b.    Sistem budidaya yang digunakan disesuaikan dengan parameter lingkungan baik secara teknis maupun ekologis dan memberikan respon pertumbuhan rumput laut pada musin tanam yang berbeda.
c.    Kegiatan diseminasi telah diperoleh rumput laut sebanyak 1.551 kg (17,23 %) daritarget produksi 9.000 kg, masing-masing 1.026 kg (16,29%) produksi rumput lautkering dan sebanyak 525 kg (11,44 %) untuk produksi bibit.
d.   Parameter oceanografi dan kualitas air masih layak dan dapat ditolerir dalam pertumbuhan rumput laut.

Saran
Untuk dapat lebih optimal produksi rumput laut yang dibudidayakan dapat disarankan ;
a. Rumput laut Kappaphycusspp.disesuaikan musim tanam agar tidak mengalami kegagalan.
b.Perluasan kawasan budidaya Kappaphycus spp. di lokasi diseminasi untuk lebih meningkatkan produksi.
c.Budidaya rumput laut disesuaikan dengan kalender tanam degan melihatidentifikasi  permasalahan sistim dan musim tanam serta pemecahan masalah pada budidaya.
 






















DAFTAR PUSTAKA


Afrianto, E., dan Liviawati, E. 1989. Budidaya RumputLaut dan Cara Pengolahannya.Bhratara. 63 hlmAkmal,

Ilham, M., Suaib, Irwan, dan Imran. 2008a. Penerapan Budidaya Rumput LautKappaphycus spp. dengan Sistim dan Musim Tanam Yang Berbeda. LaporanTahunan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Air Payau Takalar. _____. 2008b. Kajian Beberapa Strain Rumput Laut Kappaphycus spp. Yan











1 Response to "MAKALAH BUDI DAYA RUMPUT LAUT"

  1. kurang gambarnya mas dari setiap jenis rumput laut

    ReplyDelete

SITEMAP

Contak Us