KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur mari kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang
telah memberikan rahmad dan karunianya kepada penulis, sehingga penulis beserta
bisa menyusun makalah ini dengan judul ”KERANGKA KERJA TIM DALAM MANAJEMEN
PERUSAHAAN”.
Sholawat dan salam
kita hadiahkan ke arwah Nabi besar Muhammad SAW, seorang pemimpin sejati, suri
tauladan yang baik bagi semua umat, yang telah membawa kita ke zaman modern
yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini.
Penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat serta
memberikan sumbangan pengetahuan bagi semua pihak yang tertarik dan ingin
mengetahui tentang perpajakan yang ada di Indonesia. Makalah ini juga
diharapkan bisa menjadi penambah literatur (daftar bacaan) khususnya bagi
mahasiswa fakultas Ekonomi Islam yang mengambil mata kuliah Sistem Informasi
Manajemen.
Namun demikian, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang
membangun dari semua pihak demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua,
bersama ini penulis mempersembahkan makalah dengan judul ” KERANGKA KERJA TIM
DALAM MANAJEMEN PERUSAHAAN” kehadapan para pembaca sekalian.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar belakang.......................................................................................................... 1
B. Maksud dan Tujuan................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2
A. Proses Membangun Tim........................................................................................... 2
B. Membentuk Struktur Tim........................................................................................ 3
C. Mengumpulkan Informasi........................................................................................ 4
D. Mengembangkan Ketrampilan................................................................................. 4
E. Mengatasi Konflik................................................................................................... 5
F. Evaluasi Akhir......................................................................................................... 5
BAB IV PENUTUP................................................................................................ 6
Kesimpulan ............................................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 7
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Karena berbagai kemajuan teknologi,
kompetisi global, dan ketahanan ekonomi dalam masyarakat yang kompleks, banyak
jabatan menuntut adanya kolaborasi di antara manusia lintas departemen atau
lintas keakhlian. Intinya, pikiran orang banyak akan lebih baik ketimbang
pikiran satu orang saja. Membangun sebuah tim adalah suatu proses memilih,
mengembangkan, memberikan kemudahan, dan melatih sebuah kelompok kerja agar
berhasil mencapai tujuan bersama. Di dalamnya mencakup memotivasi
anggota-anggota agar merasa bangga dalam melaksanakan tugas kelompoknya.
Pembangun tim (team builder) harus
mampu memenuhi tuntutan tugas (kualitas hasil, tepat waktu, dsb.) dan memenuhi
kebutuhan anggota-anggota kelompok (adil, tidak konflik, dsb.)
Melalui kerjasama dan saling berbagi
pengetahuan serta ketrampilan, sebuah tim seringkali mampu menyelesaikan tugas
secara efektif, ketimbang dilakukan oleh seorang individu. - “A
team is a group organized to work together to accomplish a set of objectives
that cannot be achieved effectively by individuals”. Tim boleh jadi
merupakan kelompok kerja yang relatif permanen, namun juga bisa bersifat
temporer yang bertugas untuk menyelesaikan sebuah proyek tertentu. Tim yang
relatif permanen biasanya dinamakan “natural
team work”, sedangkan yang temporer banyak disebut sebagai “a cross-functional action team” –
biasanya terdiri dari orang-orang dari berbagai bagian atau departemen. Bentuk
tim yang dianggap paling maju adalah “self-directed”,
karenanya tim semacam ini kurang memerlukan pengawasan, dan memiliki otoritas
penuh dalam penyelesaian tugas-tugasnya. Agar tim bisa bekerja secara efektif
dalam mengembangkan motivasi, kedekatan, dan produktivitas, banyak organisasi
yang memandang pembangunan tim merupakan salah satu aspek dari pengembangan
organisasi.
B.
Maksud dan
Tujuan
Tim dibangun dengan tujuan untuk
membantu kelompok fungsional menjadi lebih efektif. Karena rasa individualisme
dan persaingan atar pribadi relatif tajam dalam organisasi, maka tidak semua
kelompok kerja dapat dikategorikan ke dalam suatu tim.
Adapun maksud dari penulisan makalah
ini adalah untuk melengkapi tugas Sistem Informasi Manajemen.
BAB II
PEMBAHASAN
Kerangka
kerja (framework) adalah suatu struktur konseptual dasar yang
digunakan untuk memecahkan atau menangani suatu masalah kompleks. Istilah ini
sering digunakan antara lain dalam bidang perangkat lunak untuk menggambarkan
suatu desain sistem perangkat lunak yang dapat digunakan kembali, serta dalam bidang manajemen untuk
menggambarkan suatu konsep yang memungkinkan penanganan berbagai jenis atau
entitas bisnis secara homogen.
A.
Proses Membangun TIM
Tidak mudah untuk memulai
pembentukan tim. Perlu perencanaan yang mendalam dan waktu untuk saling
mengenal satu sama lain. Tim tidak cukup hanya didukung dengan sistem-sistem,
prosedur-prosedur dan harapan-harapan yang ada. Kemungkinan mereka tidak cocok
dengan standar job description, penilaian kerja, penghargaan dan
praktek-praktek promosi atau dengan sistem pengawasan dan ukuran yang
tradisional.
Suatu tim perlu pengarahan,
pemantauan dan umpan balik dari manajemen. Tim-tim seperti ini akan menjadi
tanpa tujuan, sia-sia dan tidak efektif. Untuk itu seorang manajer perlu
mengupayakan penciptaan tim-tim yang efektif sehingga memberikan kinerja jangka
pendek dan panjang yang unggul.
Pembentukan tim dan siklus
pengembangan:
Tahap 1: Masa Infansi (Pembentukan)
Tahap 2: Masa Remaja (Mengalami Gejolak)
Tahap 3: Kedewasaan (Membentuk Norma dan Melaksanakannya)
Tahap 4: Mengalami Transformasi
Dalam membangun sebuah tim, beberapa
hal yang perlu diperhatikan adalah:
Ø Memahami dinamika kelompok dan
prosesnya, serta apa implikasinya bagi pelaku dan praktek supervisor.
Ø Menyadari arti penting untuk
mempengaruhi dan menetapkan norma kelompok sehingga mereka mendukung bagi
pencapaian hasil kerja yang baik.
Ø Memahami pentingnya mendengarkan
orang lain, bukan berpegang teguh pada posisi dan pendapatnya.
Setiap pribadi dalam tim memiliki
latar belakang, nilai-nilai dan harapan masing-masing. Suasana yang konstruktif
bagi berlangsungnya sikap saling mendukung dan upaya kerjasama akan tercipta
melalui:
Ø Upaya mendorong anggota tim untuk
memandang tim sebagai sumber gagasan, tehnik pelaksanaan, bantuan dan dukungan.
Ø Upaya mendorong tim untuk
menyibukkan diri dengan berbagai usulan yang konstruktif.
Ø Mendorong anggota tim untuk berani
mengambil inisiatif dan melakukan tindakan.
Ø Menjamin bahwa semua pertemuan dan
diskusi formal yang dilakukan tim berlangsung efisien.
Ø Mendorong semua anggota untuk
menuntaskan segala persoalan dan ketidaksepakatan secara terbuka dan
konstruktif, bukannya menekan atau menghambatnya.
B.
Membentuk Struktur Tim
Setiap tim harus bekerja dengan
suatu struktur yang memadai agar berdaya menangani isu-isu berat dan memecahkan
persoalan-persoalan yang rumit. Walau struktur bisa berbeda antara perusahaan
satu dengan lainnya, namun komponen yang umumnya ada meliputi :
· Tim
Pengarah, yang terdiri atas manajer-manajer tingkat atas, pimpinan serikat
kerja (kalau ada), manajer lini, penyelia, pimpinan tim, dan orang-orang
penting lainnya. Seperti seorang pilot, kelompok tersebut menetapkan
seperangkat tindakan dan berperan sebagai nara sumber dan pemberi umpan balik
atas kegiatan tim
· Perancang
Tim, merupakan tim lintas sektoral yang mencakup anggota-anggota dari semua
jenjang dan fungsi dalam organisasi. Anggotanya terdiri atas para penyelia dan
para manajer.
· Pemimpin,
merupakan unsur penting bagi keberhasilan tim. Pemilihan pemimpin merupakan
faktor penting, mereka harus yang bergaya partisipatif.
· Rapat-rapat,
merupakan aktivitas yang terpenting. Agenda ini harus difasilitasi dan
dilakukan relatif sering. Pimpinan harus dilatih untuk mengelola proses rapat
dan proses terjadinya hubungan antar pribadi. Proses rapat antara lain mencakup
perencanaan dan penggunaan agenda, mengelola jalannya rapat, mendistribusikan
notulen rapat, mengatur bahan dan waktu rapat. Saat rapat berlangsung pimpinan
rapat harus mampu meningkatkan partisipasi semua anggota untuk mengeluarkan
gagasannya, mengatasi pertentangan akibat adanya perbedaan pendapat, menangani
anggota-anggota yang “sulit”, dan menciptakan suasana rapat yang dinamis.
· Proses
konsultasi. Kehadiran pihak ketiga dalam upaya membimbing, mengajar, membantu
menyelesaikan konflik, kadang sangat diperlukan. Karena sesungguhnya mereka
bukan anggota tim, konsultan dapat memberikan tantangan bagi anggota tim.
Mereka bisa lebih obyektif dan bisa lebih bebas bekerja dan berpendapat ketika
membantu tim. Konsultan juga bisa membantu membangun aturan-aturan dan
cara-cara kerja. Mereka bisa diminta untuk mendidik anggota tim dalam
menggunakan peralatan, metode kerja, dan memecahkan masalah agar tim bisa lebih
produktif.
C.
Mengumpulkan Informasi
Membangun tim harus dimulai dengan
penilaian diri anggota kelompok (self-assesment),
untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh setiap anggota.
Pengembangan tim dapat ditetapkan berdasarkan data yang diperoleh dari survai
tentang sikap, wawancara dengan anggota tim, dan pengamatan atas
diskusi-diskusi kelompok. Cara-cara tersebut bermanfaat untuk menilai sejumlah
hal, antara lain iklim komunikasi, rasa saling percaya, motivasi, kemampuan
memimpin, pencapaian konsensus, dan nilai kelompok.
D.
Mengembangkan Ketrampilan
Sebagian besar proses “pembangunan tim” akan memusatkan
kegiatannya pada pengembangan ketrampilan yang diperlukan untuk menciptakan tim
yang berkinerja tinggi. Seperti halnya para atlit olah raga, setiap anggota tim
harus belajar bermain, bergerak, dan mempraktekan ketrampilan mereka. Beberapa
jenis ketrampilan yang sangat diperlukan dalam membangun tim yang baik adalah :
1.
Kesadaran untuk mengembangkan
kelompok.
Harus disadari oleh semua anggota tim bahwa kemajuan suatu
tim dilakukan melalui tahapan-tahapan yang bisa diprediksi, yaitu fase
orientasi, fase evaluasi, dan fase kontrol. Fase orientasi ditandai oleh adanya
ragu-raguan para anggota kelompok akan peran mereka. Mereka kurang memahami apa
yang harus mereka lakukan selaku anggota tim. Pada fase evaluasi, anggota
cenderung meng- alami konflik yang disebabkan oleh kekurang-setujuan mereka
terhadap cara-cara penyelesaian tugas. Dalam fase ini kelompok bisa
terpecah-pecah dalam beberapa koalisi. Dalam fase kontrol, kelompok kembali
bersatu, karena mereka mulai memahami satu sama lainnya.
Apa yang terjadi di atas merupakan gejala normal yang banyak
terjadi. Faktor kepemimpinan merupakan hal yang paling krusial dalam hal ini.
Jika pimpinannya baik maka ketiga fase tersebut tidak berlangsung lama,
sehingga tim dapat segera bisa berfungsi.
2.
Klarifikasi Peran
Bahkan ketika tim sudah mulai bekerja, kadang mereka masih
bingung tentang apa yang harus mereka lakukan, dan juga siapa yang harus
melakukannya. Dalam upaya mencapai tugas-tugas kelompok, setiap anggota harus
memahami peran mereka masing-masing. Mereka harus tahu dengan baik apa yang
harus mereka kerjakan dan juga batas-batas kewenangannya. “Team members must know what
others expect from them. Ambiguity in role expectations produces stress and
hampers performance”.
Uraian jabatan formal seringkali tidak sesuai dengan harapan
masing-masing anggota, oleh karena itu pembagian peran sebaiknya dibicarakan
bersama. Dalam diskusi ini harus dibahas misi tim, kepada siapa tim harus
melaporkan hasil kerjanya?, kewenangan apa yang dipunyai tim?, siapa yang
menentukan pimpinan mereka?, apakah anggota tim setuju pada pembagian
pekerjaan?, dan apakah peran masing-masing anggota tim kelompok tidak
bertentangan atau tumpang tindih satu sama lainnya?.
Seperti hanya dengan anggota tim olahraga, kelompok kerja
memerlukan pengetahuan tentang apa yang dimainkan oleh dirinya dan diri anggota
lainnya. Berdiskusi dengan tujuan menjernihkan atau mengklarifikasikan peran
masing-masing anggota merupakan agenda penting untuk memulai kerja dalam
tim.
E.
Mengatasi Konflik
Bukan hal yang aneh jika suatu
kelompok yang terdiri atas orang-orang yang berbeda latar belakang, berpotensi
memunculkan konflik. Jika tim gagal
menangani konflik dengan semestinya maka akan gagal mencapai tujuan. Dengan
dikembangkannya ketrampilan mengelola konflik, maka walaupun terjadi konflik,
tim masih memperoleh manfaat daripadanya. Pandangan yang saling bertentangan
satu sama lain, jika dikelola dengan baik justru akan menciptakan suatu
keputusan yang lebih baik.
Sebuah tim dapat mengembangkan
kapasitas menangani konflik melalui berbagai cara, misalnya diskusi terbuka
tentang konflik itu sendiri atau melalui diskusi yang tangguh yang penuh
perdebatan dan skeptisme. Permainan peran (role
playing), dan latihan-latihan membantu tim mengembangkan komunikasi terbuka
yang diperlukan untuk menyelesaikan konflik secara produktif. Tim yang
berkinerja tinggi antara lain dicirikan dengan adanya anggota-anggota yang
kritis, namun masih saling menghargai satu sama lainnya.
F.
Evaluasi Akhir
Sebagai suatu tim kerja yang senantiasa berfungsi, tim harus
mengevaluasi hasil kegiatannya guna mengetahui keberhasilan atau pun
kegagalannya. Evaluasi dapat dilakukan melalui berbagai cara. Dalam beberapa
kasus, hasil dari adanya tim kerja dapat diukur berdasarkan kriteria baku
produktivitas atau keluaran. Jika setelah dibentuknya tim, produktivitas lebih
baik daripada sebelumnya maka dapat dikatakan tim tersebut efektif. Kesalahan
yang makin berkurang, biaya produksi makin kecil, tingkat turnover menurun,
adalah beberapa tanda bahwa tim bekerja secara efektif. Pemasok dan juga
pelanggan yang menggunakan jasa tim harus pula dijadikan sumber informasi
keberhasilan atau kegagalan tim.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kerangka
kerja (bahasa Inggris: framework) adalah suatu struktur konseptual
dasar yang digunakan untuk memecahkan atau menangani suatu masalah kompleks.
Istilah ini sering digunakan antara lain dalam bidang perangkat lunak untuk
menggambarkan suatu desain sistem perangkat lunak yang dapat digunakan kembali,
serta dalam bidang manajemen untuk
menggambarkan suatu konsep yang memungkinkan penanganan berbagai jenis atau
entitas bisnis secara homogen.
Pembentukan
tim dan siklus pengembangan:
Tahap 1: Masa Infansi (Pembentukan)
Tahap 2: Masa Remaja (Mengalami Gejolak)
Tahap 3: Kedewasaan (Membentuk Norma dan Melaksanakannya)
Tahap 4: Mengalami Transformasi
Tahap 1: Masa Infansi (Pembentukan)
Tahap 2: Masa Remaja (Mengalami Gejolak)
Tahap 3: Kedewasaan (Membentuk Norma dan Melaksanakannya)
Tahap 4: Mengalami Transformasi
Dalam membangun sebuah tim, beberapa
hal yang perlu diperhatikan adalah:
Ø Memahami dinamika kelompok dan
prosesnya, serta apa implikasinya bagi pelaku dan praktek supervisor.
Ø Menyadari arti penting untuk
mempengaruhi dan menetapkan norma kelompok sehingga mereka mendukung bagi
pencapaian hasil kerja yang baik.
Ø Memahami pentingnya mendengarkan
orang lain, bukan berpegang teguh pada posisi dan pendapatnya.
Setiap pribadi dalam tim memiliki
latar belakang, nilai-nilai dan harapan masing-masing. Suasana yang konstruktif
bagi berlangsungnya sikap saling mendukung dan upaya kerjasama akan tercipta
melalui:
Ø Upaya mendorong anggota tim untuk
memandang tim sebagai sumber gagasan, tehnik pelaksanaan, bantuan dan dukungan.
Ø Upaya mendorong tim untuk
menyibukkan diri dengan berbagai usulan yang konstruktif.
Ø Mendorong anggota tim untuk berani
mengambil inisiatif dan melakukan tindakan.
Ø Menjamin bahwa semua pertemuan dan
diskusi formal yang dilakukan tim berlangsung efisien.
Mendorong semua anggota untuk
menuntaskan segala persoalan dan ketidaksepakatan secara terbuka dan
konstruktif, bukannya menekan atau menghambatnya.
0 Response to "KERANGKA KERJA TIM DALAM MANAJEMEN PERUSAHAAN"
Post a Comment