Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt,
karena atas limpahan rahmatnya, sehingga penulisan makalah ini dapat
terselesaikan dan telah rampung.
Makalah ini berjudul“PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM ISLAM DI LINGKUNGAN SEBUAH KELUARGA, SEKOLAH, DAN MASYARAKAT”. Dengan
tujuan penulisan sebagai sumber bacaan yang dapat digunakan untuk memperdalam
pemahaman dari materi ini.
Selain itu, penulisan makalah ini tak terlepes
pula dengan tugas mata kuliah Pendidikan Agama islam Islam.
Tetapi penulis cukup menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran pembaca yang bersifat membangun.
Natuna, 08 Agustus 2018
Penulis.
DAFTAR ISI
Kata PengantarDaftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Pendidikan Agama islam Islam dalam Sebuah keluarga
B. Pelaksanaan Pendidikan Agama islam Islam dalam Sekolah
C. Pelaksanaan Pendidikan Agama islam Islam dalam Masyarakat
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Semakin canggihnya ilmu pengetahuan, semakin
majunya peredaran zaman dan manusiapun beragam. kemewahan di bidang harta tidak
akan menjamin kebahagiaan seseorang jika orang tersebut tidak bisa menikmati
kekayaan itu, apalagi bagi orang yang serba kekurangan atau merasa kurang cukup
terus-menerus. Banyak anak - anak-anak - anak yang tidak patuh lagi kepada
orang tuanya, tentunya sangat dikhawatiran yang mengakibatkan perasaan tidak
tenang dan selalu gelisah, bahkan banyak orang yang mengalami penyakit stress
yang mereka sendiri tidak tahu obatnya, mencari tempat berpegang kepada siapa
dan bagaimana cara menenangkan perasaan yang stress itu, bahkan mereka sering
bingung, dihinggapi rasa takut dan rasa bersalah yang tidak tahu sebabnya.
Oleh karena itu, tentu sangat perlu dijelaskan
bagaimana pendidikan anak - anak sebelum lahir, masa bayi, masa kanak - anak-kanak
- anak, dewasa, bahkan sampai mereka tua. Pendidikan anak - anak pada usia dini
juga sangat dianjurkan, hal ini dimaksudkan untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan. Karena pendidikan agama islam islam sejak dini sengat
berpengaruh terhadap pembentukan karakter dan kepribadian peserta didik. Proses
belajar dan pembelajaran bisa dilakukan pada jalur formal maupun informal.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dibahas dalam
makalah ini terinci sebagai berikut.1. Bagimana pelaksanaan pendidikan agama islam Islam dalam sebuah keluarga?
2. Bagaimanna pelaksanaan pendidikan agama islam Islam dalam sekolah?
3. Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama islam Islam dalam masyarakat?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pelaksanaan pendidikan agama islam Islam dalam sebuah keluarga.
2. Mengetahui pelaksanaan pendidikan agama islam Islam dalam sekolah.
3. Mengetahui pelaksanaan pendidikan agama islam Islam dalam.
1. Mengetahui pelaksanaan pendidikan agama islam Islam dalam sebuah keluarga.
2. Mengetahui pelaksanaan pendidikan agama islam Islam dalam sekolah.
3. Mengetahui pelaksanaan pendidikan agama islam Islam dalam.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Pendidikan Agama islam Islam dalam
Sebuah keluarga
Agama Islam di lingkungan sebuah keluarga
berlangsung antara orang-orang dewasa yang bertanggung jawab atas
terselenggaranya pendidikan agama islam, dan anak - anak-anak - anak sebagai
sasaran pendidikannya. Sedang ibu dalam kaitannya dengan pendidikan agama islam
di lingkungan sebuah keluarga, maka kedudukannya sebagai pendidik yang utama
dan pertama, dalam kedudukannya sebagai pendidik, maka seorang ibu tidak cukup
hanya memanggil seorang guru agama islam dari luar untuk mendidik anak - anaknya
di rumah, dan bukan dalam pengertian yang demikianlah yang dimaksud dengan
pendidikan agama islam di lingkungan sebuah keluarga. Akan tetapi lebih
ditekankan adanya bimbingan yang terarah dan berkelanjutan dari orang-orang
dewasa yang bertanggung jawab di lingkungan sebuah keluarga untuk membimbing anak
- anak.
Pengertian yang jelas tentang pendidikan agama
islam yang dilakukan di lingkungan sebuah keluarga interaksi yang teratur dan
diarahkan untuk membimbing jasmani dan rohani anak - anak dengan ajaran Islam,
yang berlangsung di lingkungan sebuah keluarga. Dalam pelaksanaannya, maka
proses pendidikan.
Pendidikan pada umumnya terbagi pada dua bagian
besar, yakni pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah. Hal ini berdasar
pada: “Maka proses belajar itu bagi seseorang dapat terus berlangsung dan tidak
terbatas pada dunia sekolah saja.
Dorongan atau motivasi kewajiban moral, sebagai
konsekwensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya. Tanggung jawab moral ini
meliputi nilai-nilai religius spiritual yang dijiwai Ketuhanan Yang Maha Esa
dan agama islam masing-masing, di samping didorong oleh kesadaran memelihara
martabat dan kehormatan sebuah keluarga.
Dalam kutipan yang pertama di atas dikemukakan bahwa lingkungan sebuah keluarga itu amat dominan dalam memberikan pengaruh-pengaruh keagama islaman terhadap anak - anak-anak - anak, sehingga dapat dikatakan bahwa lingkungan sebuah keluarga dalam kaitannya dengan pendidikan agama islam sangat menentukan baik keberhasilannya. Sehingga amat disayangkan kalau kesempatan yang baik dari lingkungan pertama yaitu sebuah keluarga itu disia-siakan atau dilalui anak - anak tanpa pendidikan agama islam dari pihak ibu dan bapak serta orang-orang yang bertanggung jawab di sekitarnya.
Dalam kutipan yang pertama di atas dikemukakan bahwa lingkungan sebuah keluarga itu amat dominan dalam memberikan pengaruh-pengaruh keagama islaman terhadap anak - anak-anak - anak, sehingga dapat dikatakan bahwa lingkungan sebuah keluarga dalam kaitannya dengan pendidikan agama islam sangat menentukan baik keberhasilannya. Sehingga amat disayangkan kalau kesempatan yang baik dari lingkungan pertama yaitu sebuah keluarga itu disia-siakan atau dilalui anak - anak tanpa pendidikan agama islam dari pihak ibu dan bapak serta orang-orang yang bertanggung jawab di sekitarnya.
Dalam hubungannya dengan kelanjutan pendidikan
atau kehidupan anak - anak di masa mendatang, maka pendidikan di lingkungan sebuah
keluarga, termasuk di dalamnya pendidikan agama islam, hal itu merupakan
sebagai tindakan pemberian bekal-bekal kemampuan dari orang tua terhadap anak -
anak-anak - anaknya, dalam menghadapi masa-masa yang akan dilaluinya.
Dalam hubungannya dengan pendidikan di sekolah
maka sebagai persiapan untuk mengikuti pendidikan atau sebagai pelengkap dari
pendidikan yang berlangsung di bangku sekolah. Dan dalam hubungannya dengan
kehidupan bermasyarakat, maka sebagai upaya untuk mempersiapkan diri agar anak
- anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Secara sepintas pembahasan tentang dasar
pelaksanaan pendidikan agama islam di lingkungan sebuah keluarga ini telah
disebutkan di atas, yaitu atas dasar cinta kasih seseorang terhadap darah
dagingnya (anak - anak), atas dasar dorongan sosial dan atas dasar dorongan
moral.
Akan tetapi dorongan yang lebih mendasar lagi
tentang pendidikan agama islam di lingkungan sebuah keluarga ini bagi umat
Islam khususnya adalah karena dorongan syara (ajaran Islam), yang mewajibkan
bagi orang tua untuk mendidik anak - anak-anak - anak mereka, lebih-lebih
pendidikan agama islam.
Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas,
yang dapat mendorong orang tua agar mendidik anak - anak-anak - anak di
lingkungan sebuah keluarga, ada lagi satu hal yang perlu diperhatikan yaitu;
mengingat kondisi anak - anak itu sendiri, baik secara fisik maupun mental ia
mutlak memberikan bimbingan dan pengembangan ke arah yang positif. Kalau tidak
maka dikhawatirkan fitrah yang tersimpan, yang merupakan benih-benih bawaan itu
akan terlantar atau akan menyimpang.
Perlu diingat bahwa pada diri anak - anak itu
terdapat kecenderungan-kecenderungan ke arah yang baik, akan tetapi dilengkapi
dengan kecenderungan ke arah yang jahat. Maka tugas pendidik dalam hubungan ini
adalah menghidup-suburkan kecenderungan ke arah yang baik.
Oleh karena itu benih-benih potensial yang mampu
mendorong anak - anak untuk mengembangkan pribadinya dalam alternatif pemilihan
lapangan hidup manusia di masa dewasanya sesuai bakat dan kemampuan. Pendidikan
Agama islam dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT
dan berakhlak mulia. Akhlak mulia menyangkut etika, budi pekerti, dan moral
sebagai manifestasi dari pendidikan Agama islam. Peningkatan potensi spiritual
mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagama islaman,
serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun
kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya
bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang
aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Allah SWT.
Pendidikan Islam diberikan dengan mengikuti
tuntunan bahwa agama islam diajarkan kepada manusia dengan visi untuk
mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta
bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis,
saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun
social.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dasar
pelaksanaan pendidikan agama islam di lingkungan sebuah keluarga adalah karena
didorong oleh beberapa hal yaitu:
1. Karena dorongan cinta kasih terhadap keturunan
2. Karena dorongan atau tanggung jawab sosial
3. Karena dorongan moral
4. Karena dorongan kewajiban agamis
Dan dorongan agama islam inilah yang membuat
kedudukan orang tua lebih besar tanggung jawabnya dalam pendidikan karena
dorongan kewajiban ini langsung diperintahkan Allah.
Pendidikan sebuah keluarga adalah pendidikan yang
diproses oleh seseorang di dalam lingkungan rumah tangga atau sebuah keluarga.
Sistem pendidikan ini merupakan unsur utama dalam pendidikan seumur hidup,
terutama karena sifatnya yang tidak memerlukan formalitas waktu, cara, usia,
fasilitas, dan sebagainya. Pada dasarnya, masing-masing orang tua adalah orang
yang paling bertanggung jawab atas pendidikan bagi anak - anak-anak - anaknya.
Mereka tidak hanya berkewajiban mendidik atau menyekolahkan anak - anaknya ke
sebuah lembaga pendidikan. Akan tetapi mereka juga diamanati Allah SWT untuk
menjadikan anak - anak-anak - anaknya bertaqwa serta taat beribadah sesuai
dengan ketentuan yang telah diatur dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Dalam mendidik dan menumbuh kembangkan anak -
anak-anak - anak, orang tua atau tokoh ibu dan bapak sangat memegang peranan
yang sangat penting, baik-buruknya kelakuan anak - anak, orang tualah yang
memegang peranan. Pendidikan rumah tangga ini disebut juga dengan pendidikan
informal. Peranan ibu dan bapak antara lain:
1. Ibu bapak sebagai pengatur kebersihan anak - anak
2. Ibu bapak sebagai teladan bagi anak - anak
3. Ibu bapak sebagai pendorong dalam tindakan anak - anak
4. Ibu bapak sebagai teman bermain
5. Ibu bapak sebagai pengayom jika anak - anak merasa takut
6. Ibu sebagai penjaga utama kesehatan anak - anak dan sebagai teman bermainan kepribadian
Dalam hubungan ini orang tua perlu menyadari
betapa pentingnya pendidikan agama islam bagi anggota sebuah keluarga.
Khususnya anak - anak, karena akan sangat berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan dan perkembangan budi pekerti dan anak - anak. Oleh sebab itu orang
tua berkewajiban untuk memberikan bimbingan dan contoh konkrit berupa suri
tauladan kepada anak - anak agar mereka dapat hidup selamat dan sejahtera.
Sasaran Pendidikan Agama islam ditujukan kepada
semua manusia sesuai dengan misi nabi Muhammad SAW yaitu untuk seluruh alam.
Ditujukan mulai kepada anak - anak usia dini, remaja, dewasa dan lanjut usia
dalam istilah pendidikan disebut Long Live Education (pendidikan seumur hidup).
Pendidikan anak - anak usia dini (0-6 tahun) dimulai dari anak - anak
dilahirkan sampai berumur 6 tahun dengan tahapan sebagai berikut :1. Masa bayi (0-2 tahun), di telinga sebelah kanan bagi anak - anak laki-laki dan diqamatkan di telinga sebelah kiri bagi perempuan.
2. Aqiqah, pada hari ke tujuh kelahiran seorang bayi disunnahkan bagi orang tua atau walinya untuk melakukan aqiqah yakni menyembelih satu ekor kambing bagi anak - anak perempuan dan dua ekor kambing bagi anak - anak laki-laki.
3. Khitanan, peranan ibu sangat dominan dalam menanamkan pendidikan agama islam kepada anak - anak di usia ini. Setiap hari seorang ibu perlu memperhatikan perkembangan yang terjadi pada anak - anaknya baik secara biologis maupun psikisnya. Perkembangan anak - anak sesuai dengan tahap-tahap umur tertentu yang perlu diketahui orang tua agar bisa memperlakukan anak - anak dengan benar. Anak - anak berumur 6 tahun tidak disebut bayi lagi, tetapi sudah disebut anak - anak-anak - anak masanya pun disebut masa kanak - anak-kanak - anak.
B. Pelaksanaan Pendidikan Agama islam Islam dalam
Sekolah
Pendidikan agama islam adalah unsur terpenting
dalam pendidikan moral dan pembinaan mental. Pendidikan moral yang paling baik
sebenarnya terdapat dalam agama islam karena nilai-nilai moral yang dapat
dipatuhi dengan kesadaran sendiri dan penghayatan tinggi tanpa ada unsur
paksaan dari luar, datangnya dari keyakinan beragama islam. Pendidikan agama
islam di sekolah mendapat beban dan tanggung jawab moral yang tidak sedikit
apalagi jika dikaitkan dengan upaya pembinaan mental remaja. Usia remaja
ditandai dengan gejolak kejiwaan yang berimbas pada perkembangan mental dan
pemikiran, emosi, kesadaran sosial, pertumbuhan moral, sikap dan kecenderungan
serta pada akhirnya turut mewarnai sikap keberagama islaman yang dianut (pola
ibadah).
Pada sekolah-sekolah yang menyiapkan peserta
didiknya menjadi ahli agama islam atau pemimpin agama islam seperti di madrasah
atau seminari, seluruh kegiatan pembelajaran umumnya benar-benar diarahkan
untuk mendukung tujuan pendidikan yang ada.
Terdapat tiga karakter sekolah yang terkait
dengan pendidikan agama islam di sekolah. Pertama sekolah negeri, kedua sekolah
swasta umum non yayasan agama islam dan sekolah swasta yayasan agama islam dan
sekolah calon ahli atau pimpinan agama islam seperti madrasah dan seminari.
Varian karakter ini awalnya terbentuk karena perbedaan sumber pembiayaan,
pengawasan dan otonomi sekolah, serta misi dan intervensi pada kurikulum. Dalam
perkembangannya dinamika sekolah juga turut mempengaruhi karakter sekolah. Tiga
karakter ini pada akhirnya juga terkait dengan persoalan multikulturalisme
dalam masyarakat.
Pada sekolah negeri dan sekolah swasta umum non
yayasan keagama islaman, pada jam pelajaran agama islam siswa dipisah menurut agama
islam yang berbeda-beda. Selama puluhan tahun praktek pendidikan agama islam di
sekolah seperti ini belum ada yang memberikan perhatian secara serius bahwa
pemisahan siswa pada jam pelajaran agama islam adalah sebuah pembiasaan dan
penanaman kesadaran bahwa agama islam adalah sesuatu yang memisahkan
(kebersamaan) manusia.
Di kalangan peserta didik di sekolah Negeri
pelajaran agama islam berlangsung lebih teratur dan siswa beragam agama islam
hampir selalu mendapatkan guru pelajaran agama islam sesuai dengan keyakinan
para siswa karena secara umum pemerintah mengusahakan guru agama islam bagi
semua peserta didik. Sebagai milik pemerintah, semua aktifitas pembelajaran di
sekolah negeri mengikuti secara penuh apa yang menjadi kebijakan pemerintah di
bidang pendidikan.
Pada sekolah-sekolah yang menyiapkan peserta
didiknya menjadi ahli agama islam atau pemimpin agama islam seperti di madrasah
atau seminari, seluruh kegiatan pembelajaran umumnya benar-benar diarahkan
untuk mendukung tujuan pendidikan yang ada. Sayangnya keseriusan pada satu
bidang ini menyebabkan kecenderungan kurang terbuka bagi pergaulan yang lebih
luas, yang dengan demikian membatasi pengalam dengan keragama islamn juga.
Minimnya pengalaman akan keragama islamn perlu dikaji apakah ada kaitannya
dengan sensitivitas pada yang berbeda. Sensitivitas pada yang berbeda hanya
akan berkembang ketika ada pengalaman dengan yang berbeda dan menggerti adanya
perspektif yang berbeda juga.
Di sekolah umum yayasan keagama islaman di mana
biaya operasional secara umum ditanggung oleh yayasan dan wali murid, terdapat
kebijakan sekolah yang menunjukkan keunikan yayasan. Keunikan ini tampak dalam
penerimaan guru, hingga tambahan pelajaran maupun kegiatan ekstrakurikuler yang
mewadahi pemenuhan misi yayasan keagama islaman melalui pendidikan.
Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah lebih
banyak pada soal jaminan kualitas pendidikan, tetapi umumnya tidak menyentuh
pada soal keunikan sekolah yayasan keagama islaman. Baru menjelang penetapan
Undang-Undang no.20 tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003, banyak
sekolah di bawah yayasan keagama islaman yang merasa otonominya diganggu
terutama berkaitan dengan pasal 13 yang mewajibkan semua sekolah memberikan
pelajaran agama islam yang sesuai dengan agama islam yang dianut oleh siswa.
Hingga tahun 2009 ini banyak sekolah yayasan keagama islaman yang tidak bisa
memenuhi tuntutan pasal 13 UU no,20 tahun 2003 itu karena alasan teknis
pembiayaan guru dan alasan lain adalah menolak pelanggaran otonomi yayasan yang
merasa tidak memaksa siswa untuk masuk ke sekolah yang mempunyai keunikan
tertentu.
Menurut teori pendidikan Islam, teori pendidikan anak
- anak dimulai jauh sebelum anak - anak diciptakan. Dalam hubungan ini orang
tua perlu menyadari betapa pentingnya pendidikan agama islam islam setiap
anggota sebuah keluargakhususnya bagi anak - anak-anak - anak. Pendidikan agama
islam yang ditanamkan sedini mungkin kepada anak - anak-anak - anak akan sangat
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan budi pekerti dan
kepribadian mereka.
Oleh sebab itu orang tua berkewajiban untuk
memberikan bimbingan dan contoh konkrit berupa suri tauladan kepada anak - anak-anak
- anak bagaimana seseorang harus melaksanak - anakan ajaran agama islam dalam
kehidupan sebuah keluarga dan masyarakat, agar mereka dapat hidup selamat dan
sejahtera. Jadi, sebuah keluarga mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Sebuah keluarga Sebagai Wadah Utama Pendidikan
2. Pembentukan Sebuah keluarga
3. Sebuah keluarga ialah masyarakat terkecil sekurang kurangnya terdiri dari pasangan suami isri sebagai sumber intinya berikut anak - anak-anak - anak yang lahir dari mereka. Agar tujuan terlaksana maka perlu meningkatkan tentang bagaimana membina kehidupan sebuah keluarga sesuai dengan tuntutan agama islam dan ketentuan hidup bermasyarakat .
4. Pembinaan Sebuah keluarga
5. Maksudnya adalah segala upaya pengelolaan atau penanganan berupa merintis, meletakkan dasar, melatih, membiasakan, memelihara, mencegah, mengawasi, menyantuni, mengarahkan serta mengembangkan kemampuan suami istri untuk mencapai tujuanmewujudkan sebuah keluarga bahagia sejahtera dengan mengadakan dan menggunakan segala dana dan daya yang dimiliki.
Sekolah umum di bawah yayasan non keagama islaman
dan keagama islaman mempunyai peluang yang lebih besar untuk membuat
eksperimentasi pendidikan agama islam yang salah satunya bisa menjadi tanggapan
atas masyarakat yang multikultural.
C. Pelaksanaan Pendidikan Agama islam Islam dalam
Masyarakat
Dalam kacamata multkulturalisme, kewajiban bagi
setiap siswa untuk mengikuti salah satu dari lima macam pendidikan agama islam,
bagi para penganut agama islam dan kepecayaan di luar agama islam resmi adalah
memutus generasi penerus penganut agama islam dan kepercayaan tersebut. Dampak
dari pendidikan agama islam yang dibatasi berdasarkan agama islam yang dianggap
resmi oleh pemerintah ini terasa setelah beberapa generasi. Tetapi hingga saat
ini belum ada pihak penganut agama islam yang termarjinalkan secara sistematis
mempersoalkan pelajaran agama islam yang pada masa pemerintahan Soeharto
menjadi salah satu syarat kenaikan kelas.
Tetapi ketika pelajaran agama islam tidak lagi
menentukan kelulusan dan tidak menjadi mata pelajaran yang diujikan dalam ujian
nasional pun tidak ada tanggapan yang kontra.
Saat ini ketika generasi yang mengalami
pendidikan agama islam yang memisahkan siswa karena berbeda agama islam telah
menjadi dewasa, sekat antaranggita masyarakat pun makin terasa. Para orang tua
yang tidak puas dengan pendidikan agama islam di sekolah yang dua jam mengirim anak
- anak-anak - anaknya ke sekolah terpadu yang jam pelajaran agama islamnya jauh
lebih banyak. Anak - anak-anak - anak makin berkurang pengalaman bermainnya dan
berkurang juga kesempatan bertemu dan mengalami kebersamaan dengan orang-orang
yang berbeda.
Sementara di sisi lain Pak Sartana guru agama
islam yang membawakan pelajaran komunikasi iman mendapat sambutan dari para
orang tua siswa karena telah menemani anak - anak-anak - anak mereka lebih
masuk pada lika-liku kehidupan yang mendewasan bagi anak - anak-anak - anaknya.
Meski model pembelajaran pada komunikasi Iman membingungkan bagi pengawas
pendidikan, pemerintah tidak bisa menghentikan ekperimentasi yang dilakukan
oleh Pak Sartana, terutama karena dukungan masyarakat.
Pendidikan agama islam yang dibutuhkan dalam
masyarakat multikultur adalah pendidikan agama islam yang senantiasa
menghadirkan kehidupan yang penuh keragama islamn, baik latar belakang manusia
maupun keragama islamn sudut pandang. Untuk itu pelajaran agama islam sebaiknya
berbasis pengalaman akan memecah kebekuan ajaran agama islam yang tertutup dan
tidak melihat realitas secara hitam putih. Di sekolah yang melakukan pemisahan
siswa beda agama islam pada jam pelajaran agama islam perlu ada antisipasi agar
pemisahan tidak berpengaruh buruk pada rasa aman dan nyaman dengan penganut agama
islam yang berbeda. Hilangnya rasa aman dan nyaman akan merusak saling percaya
antar anggota masyarakat yang mana saling percaya ini merupakan modal sosial
yang dibutuhkan dalam kehidupan bersama yang adil dan beradab.
Pendidikan agama islam berbasis pengalaman
meniscayakan perubahan paradigma dalam melihat relasi guru-peserta didik maupun
dalam melihat sumber belajar serta proses pembelajaran. Pengalaman hanya
mungkin menjadi sumber belajar ketika guru dan murid merasa setara,
masing-masing merasa mempunyai kelebihan dan kekuarangan untuk mengkaji bersama
dengan berbagai sudut pandang. Dalam menilai keberhasilan atau kegagalan
belajar, pendidikan agama islam membutuhkan model evaluasi yang tidak
menggunakan angka, tetapi harus didasarkan pada praktek hidup yang partisipatif
dan bertanggungjawab pada diri sendiri dan lingkungan. Penilaian bukan dengan
angka tetapi narasi yang menunjuk pada kualitas.
Pelajaran agama islam untuk siswa dari beragam agama
islam bisa dilakukan dengan saling berbagi pengalaman penghayatan keimanan,
berbagi informasi dan pengetahuan siswa tentang agama islamnya. Cara belajar
seperti ini mendorong siswa untuk lebih aktif dan bertanggung jawab dalam
mendalami agama islamnya dan pada saat bersamaan membiasakan sikap hormat dan
simpati bagi penganut agma yang berbeda.
Masyarakat merupakan kumpulan dari orang banyak
yang berbeda-beda yang menyatu dan mematuhi peraturan yang ditetapkan,
mempunyai hubungan kekerabatan yang baik, baik antar suku maupun antar bangsa.
Untuk memberikan pendidikan agama islam pada masyarakat, bisa dengan cara
mendirikan majlis taklim atau pengajian-pengajian di desa masing-masing.
Pengajian ini dilaksanak - anakan dari satu tempat ke tempat lain dengan
mendatangkan narasumber yang diminta untuk memberikan suatu materi pendidikan
sesuai dengan kebutuhan mereka.
Dalam pendidikan agama islam Islam ada 3 istilah
umum yang digunakan, yaitu al-Tarbiyat, al-Ta’lim dan al-Ta’dib. Tarbiyat
mengandung arti memelihara, membesarkan dan mendidik yang kedalamnya sudah
termasuk makna mengajar atau allama. Berangkat dari pengertian ini maka
tarbiyat didefinisikan sebagai proses bimbingan terhadap potensi manusia
(jasmani, ruh, dan akal) secara maksimal agar dapat menjadi bekal dalam
menghadapi kehidupan dan masa depan.
Selanjutnya, Syed Naguib al-Attas merujuk makna
pendidikan darikonsep ta’dib, yang mengacu kepada kata adab dan variatifnya.
Dari pemikiran tersebut ia merumuskan definisi pendidik adalah membentuk
manusia dalam menempatkan posisinya yang sesuai dengan susunan masyarakat,
bertingkah lakusecara proposional dan cocok dengan ilmu serta teknologi yang
dikuasainya. Menurut Naguib al-Attas selanjutnya, bahwa pendidikan islamlebih tepat
berorientasi pada ta’dib. Sedangkan tarbiyat dalam pandangannya mencakup obyek
yang lebih luas , bukan saja terbatas pada pendidikan manusia tetepi juga
meliputi dunia hewan. Sedangkan ta’dib hanyamencakuppengertian pendidikan untuk
manusia.
Alasan penyebab manusia (remaja) sebagai makhluk
sosial memerlukan pendidikan yaitu:
1) . Dalam tatanan kehidupan masyarakat, ada upaya pewarisan nilai
kebudayaan antara generasi tua ke generasi muda, dengan tujuan agar nilai hidup
masyarakat tetap berlanjut dan terpelihara. Dalam hal ini PAI di masyarakat di
harapkan dapat memberikan substansi dalam pembentukan akhlak remaja.2). PAI di masyarakat merupakan agen sosial yang penting setelah sekolah dalam penanaman nilai, norma serta harapan-harapan dari masyarakat terhadap pembentukan dan penerapan akhlak remaja.
3). PAI di masyarakat merupakan tempat konflik dan solusi dalam keragama islamn terutama dari aspek keagama islaman. Dengan adanya sinergi antara pemahaman konsep PAI dari masyarakat dengan media PAI di masyarakat dapat mengimbangi antara konflik dengan solusi tersebut. Contoh: Perbedaan agama islam antara sesama remaja, dengan adanya pemahaman PAI di masyarakat oleh para remaja diharapkan mereka dapat menghormati perbedaan tersebut tanpa harus ikut-ikut menyamakan dengan tradisi agama islam lain di antara teman sebayanya.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Lingkungan sebuah keluarga merupakan media pertama dan utama yang secara langsung berpengaruh terhadap perilaku dan perkembangan anak - anak didik. Sebuah keluarga adalah wadah yang pertama dan utama dalam pelaksanaan pendidikan agama islam Islam.
2. Sekolah adalah lanjutan dari pendidikan sebuah
keluarga yang mendidik lebih fokus,teratur dan terarah.
3. Pendidikan masyarakat merupakan pendidikan anak
- anak yang ketiga setelah sekolah. Peran yang dapat dilakukan oleh masyarakat
adalah bagaimana masyarakat bisa memberikan dan menciptakan suasana yang
kondusif bagi anak - anak, remaja dan pemuda untuk tumbuh secara baik.
B. SARAN
Penulis bersedia menerima kritik dan saran yang
positif dari pembaca. Penulis akan menerima kritik dan saran tersebut sebagai
bahan pertimbangan yang memperbaiki makalah ini di kemudian hari. Semoga
makalah berikutnya dapat penulis selesaikan dengan hasil yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin. 2003. Teologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
http_://www.jamaahmuslimin.com/risalah/114/
http_://www.al-shia.com/html/id/books/Pendidikan%20Anak - anak/
http_://wbumuadz.wordpress.com/2007/05/05/pendidikan-anak - anak-dalam-islam/
0 Response to "MAKALAH LENGKAP PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN SEBUAH KELUARGA, SEKOLAH, DAN MASYARAKAT"
Post a Comment