CONTOH JURNAL PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK


PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK SAWI SEBAGAI SUMBER BAHAN PENYUSUN PAKAN BENIH IKAN BIAWAN (Helostoma temmincki)
UTILIZATION OF ORGANIC WASTE AS A SOURCE OF COMPOSERS MUSTARD FEED FISH FRY BIAWAN (Helostoma temmincki)
Andriani Zulmi1,  Eka Indah Raharjo2, Hastiadi Hasan3
1.      Alumni  FakultasPerikanandanIlmukelautan, UniversitasMuhammadiyah Pontianak
2.      StafPengajarFakultasPerikanandanIlmuKelautan, UniversitasMuhammadiyah Pontianak

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan persentase yang optimal dari limbah organik sawi dalam pembuatan ransum pakan untuk menghasilkan pertumbuhan dan kelansungan hidup benih ikan biawan yang baik. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 Maret – 21 Mei  dilaboratorium basah (Wet Lab) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muhammadiyah Pontianak dengan lama pelaksanaan 60 hari.  Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan Perlakuan A, pakan tanpa  limbah organik (kontrol) Perlakuan B, pakan dengan limbah organik 20% dari berat total pakan Perlakuan C, Pakan dengan limbah organik 30% dari berat total pakan Perlakuan D, pakan dengan limbah organik 40% dari berat total pakan. Parameter pengatan  yang dilakukan adalah, retensi protein dan lemak, pertumbuhan harian, efesiensi pakan dan kelangsungan hidup ikan. Hasil pengamata menunjukkan bahwa penambahan limbah sawi pada pembuatan pakan buatan yang optimal terdapat pada penambahan limbah sawi sebanyak 20% dari total pakan. Mengkonsumsi sawi dapat mencegah arthritis, osteoporosis, anemia defesiensi zat besi dan diyakini melindungi dari berbagai penyakit. Daun sawi juga merupakan sumber yang sangat baik dari asam folat. Vitamin yang larut dalam air memiliki peran penting dalam sintesis DNA juga merupakan sumber yang kaya akan anti-oksidan flavonoid, indoles, dan sulforaphene. Sawi juga mengandung niasin, niasin dapat meningkatkan kadar HDL (kolesterol baik) kemudian didukung perlakuan yang baik serta kualitas air yang baik pula.
Kata kunci :Sawi, ikan biawan, protein,lemak,pertumbuhan, pakan, Kelangsungan Hidup ikan biawan.
ABSTRACT
This study aims to determine the optimal percentage of organic waste in the manufacture of feed rations mustard to generate growth and survival of fish seed biawan good. Research was conducted on March 22 to May 21 wet labs (Wet Lab) Faculty of Fisheries and Marine Sciences, University of Muhammadiyah Pontianak with long execution 60 days. Experimental design used in this research is completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 3 replications Treatment A, organic waste feed without (control) treatment B, eat the organic waste 20% of the total weight of feed treatment C, feed with organic waste 30% of the total weight of feed treatment D, eating organic waste 40% of the total weight of the feed. Observations carried parameter is, retention of protein and fat, daily growth, feed efficiency and survival of fish. The results showed that the addition of mustard observations waste in the manufacture of artificial feed optimum addition of mustard contained in the waste as much as 20% of the total feed. Consuming cabbage can prevent arthritis, osteoporosis, iron deficiency anemia and is believed to protect from various diseases. Leaf lettuce is also an excellent source of folic acid. Water-soluble vitamins have an important role in DNA synthesis is also a rich source of anti-oxidant flavonoids, indoles, and sulforaphene. Mustard also contains niacin, niacin can increase HDL (good cholesterol) and then supported by good treatment and good water quality as well.
1
Keywords: mustard, biawan fish, protein, fat, growth, feed, survival rate biawan.


1.        Pendahuluan

Sesuai menurut Puslitbang Perikanan (1992) ikan biawan (Helostoma temmincki) adalah ikan asli indonesia terdapat dibeberapa sungai di Sumatera dan Kalimantan. Seperti daerah Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Ikan tersebut hidup di sungai, anak sungai dan daerah genangan kawasan hulu hingga hilir bahkan dimuara- muara sungai yang berlubuk dan berhutan dipinggirnya. Komoditas ikan ini tergolong ekonomis penting karena harganya yang tinggi, telurnya yang mahal dan rasa dagingnya yang gurih membuat ikan biawan sangat digemari dikalangan masyarakat indonesia bahkan dibeberapa negara seperti Brunei dan Malaysia.
Dialam ikan biawan menjadi target penangkapan yang potensial. Benih ikan biawan yang berasal dari perairan umum saat ini sudah mulai sulit didapatkan karena sebagian besar masyarakat khususnya diKalimantan Barat penangkapan  ikan biawan ini dilakukan secara berlebihan untuk diambil telurnya. Telur ikan biawan tergolong mahal sehingga penangkapan Ikan biawan tidak sesuai dengan konservasi penangkapan. Ikan biawan juga banyak diperdagangkan untuk dijadikan ikan budidaya dan perdagangan benih ikan biawan ini bukan hanya bersifat domestik tetapi juga diperdagangkan di Asia Tenggara (Utomo dan Krismono, 2006) dengan keunggulan tersebut, ikan biawan digolongkan sebagai ikan potensial yang dikembangkan dibudidayanya.
2
Kegiatan pengembangan budidaya ikan salah satu fakor yang sangat berperan adalah penyediaan pakan yang tepat. Keberhasilan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang tinggi dipengaruhi oleh jenis pakan yang diberikan dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan ikan tersebut. Pakan merupakan faktor yang berpengaruh secara dimonan terhadap pertumbuhan ikan karena pakan berfungsi sebagai pemasok  energi untuk memacu pertumbuhan (Huet, 1971). Pemberian pakan dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu harus diupayakan supaya ikan budidaya dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan rasio konfersi pakan yang rendah. Hal ini dikarenakan pakan yang diberikan kepada ikan bukan hanya untuk pertumbuhan tapi juga untuk pemeliharaan tubuh, energi dan reproduksi. Sehubungan dengan hal diatas, maka perlu adanya alternatif pakan yang dapat diberikan pembudidaya ikan biawan. Penggunaan bahan pakan penyusun pakan ikan biawan yang umum digunakan, sering menimbulkan persaingan, sehinga harga pakan tinggi. Untuk itu, diperlukan upaya untuk mencari alternatif sumber bahan pakan yang murah, mudah didapat, kualitasnya baik, serta tidak bersaing dengan pangan. Salah satu alternatif bahan pakan penyusun pakan ikan biawan adalah penggunaan limbah organik sebagai bahan pakan sumber protein nabati. Menurut Susangka, et al.,2005 mengatakan bahwa penggunaan Limbah sayur sawi  tanpa pengolahan pemeraman, pengukusan, dan perebusan dapat digunakan sebagai bahan baku formulasi pakan ikan. Ikan biawan termasuk ikan herbivora yang cenderung omnivora yang membutuhkan protein kasar sekitar 35-40%, sehingga kemungkinan limbah organik dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan.
Limbah organik mempunyai kandungan gizi rendah, yaitu: Protein kasar sebesar 1,5-1,7% dan serat kasar sebesar 5-38% dan lemak 0.65%. Namun limbah organik ini akan lebih bernilai guna jika dimanfaatkan sebagai pakan. Oleh karena itu, limbah organik sangat berpotensi untuk dijadikan bahan pakan alternatif ikan khususnya ikan yang herbivora seperti ikan biawan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai pemanfaatan limbah  organik sebagai sumber penyusun pakan benih ikan biawanIkan kerapu merupakan salah satu jenis ikan laut yang memiliki kandungan protein yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan hidup manusia dalam memenuhi kebutuhan makanan yang bergizi baik. Selain itu, kerapu juga memiliki prospek yang cerah untuk dibudidayakan karena memiliki nilai jual yang tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani dan dapat menciptakan lapangan kerja baru.
2.    Metode penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 Maret – 21 Mei  dilaboratorium basah (Wet Lab) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muhammadiyah Pontianak dengan lama pelaksanaan 60 hari dimana 10 hari persiapan dan 50 hari masa pengamatan. 
Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan biawan yang diperoleh dari Unit Pembenihan Ikan Sentral (UPIS Anjongan) dengan rata-rata panjang awal individu 3-5 cm dan jumlah ikan setiap akuariumnya berjumlah 10 ekor. Pakan uji yang digunakan merupakan pakan buatan berupa pellet terdiri dari  tepung ikan, tepung rebon, dedak halus, tepung tapioka, vitamin mix, mineral mix, minyak ikan, minyak jagung, minyak kelapa, dan limbah sayur sawi dengan persentase yang berbeda.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium sebanyak 12 buah dengan ukuran 60 cm x 45 cm x 30 cm, setiap akuarium dilengkapi dengan aerasi. Timbangan analitik digunakan untuk menimbang ikan uji pada saat sampling dan untuk menimbang pakan, pengayak  digunakan untuk mengayak bahan pakan yang telah dihaluskan, penggiling pakan untuk mencetak pakan menjadi pellet, oven, penggaris, pH meter, Do meter, thermometer, alat penunjang seperti ember, baskom, selang sifon dan alat tulis serta dokumentasi.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. (Hanafiah, 1993).
Adapun perlakuan yang digunakan adalahh sebagai berikut:
Perlakuan A, pakan tanpa  limbah organik (kontrol)
Perlakuan B, pakan dengan limbah organik 20% dari berat total pakan
19
Perlakuan C, Pakan dengan limbah organik 30% dari berat total pakan
Perlakuan D, pakan dengan limbah organik 40% dari berat total pakan
Menurut Hanafiah (1993) model RAL yang digunakan adalah:
Yij = µ + τ + ɛij

3.    Hasil dan Pembahasan
a.      Retensi Protein dan Retensi Lemak (%).

 Berdasarkan hasil uji normalitas lilliefors retensi protein didapatkan nilai L hitung maksimal 0.248 yang lebih kecil dari L tabel 5% (0.242) L tabel 1% (0.275) maka data tersebut berdistribusi normal (Lampiran 6) Kehomogenan barlet didapatkan X2 hitung  sebesar 5,756 lebih kecil dari x2 tabel 5% (9,49) dan x2 tabel 1% (13.28), maka data bersipat homogen (lampiran 7). Hasil analisa keragaman didapatkan F hitung untuk retensi protein tubuh sebesar 32,30 lebih besar dari F tabel 5% (4,07) dan 1% (7,59) (lampiran 8) menunjukan bahwa antar perlakuan berbeda sangat nyata (P < 0.01) Berdasarkan hasil uji lanjut yang digunakan beda nyata terkecil (BNT) diketahui bahwa retensi protein pakan pada perlakuan B berbeda sangat nyata dengan perlakuan C, dan D (lampiran  9). perlakuan B menunjukan retensi protein tertinggi hal ini jelas memperlihatkan bahwa limbah organik sawi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan biawan dan jumlah pakan yang diberikan tidak berlebihan sehingga pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan dengan maksimal, sedangkan pada perlakuan C dan D walaupun jumlah pakan yang diberikan lebih dari cukup namun ternyata pakan tersebut tidak termakan semuanya. Pertambahan kadar protein tubuh ikan setelah masa percobaan disebabkan oleh terjadinya sistesis protein didalam tubuhnya.  









Berdasarkan uji nornalitas  liliefors retensi lemak didapatkan nilai L hitung maksimal 0,142 yang lebih kecil dari L tabel 5% ( 0,242) L tabel 1% (0,275) maka data tersebut berdistribusi normal. Kehomogenan barlet didapatkan x2 hitung sebesar 4,43 lebih kecil dari x2 tabel 5% (9,49) dan x2 tabel 1% (13,28) sehingga disimpulkan bahwa data retensi lemak tersebut berdistribsi homogen dan dapat dilanjutkan dengan analisis ragam untuk melihat pengaruh limbah organik sawi terhadap retensi lemak ikan biawan pada penelitian. Sidik ragam limbah sawi terhadap retensi lemak dalam penelitian ini menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan limbah organik sawi, dibuktikan dengan jumlah F hitung sebesar 2,3  lebih kecil dari F tabel 5% yang hanya sebesar 4,59. Retensi lemak tertinggi pada perlakuan limbah sawi dalam pakan control dengan nilai retensi lemak 378,98% dan perlakuan dengan limbah organik sawi   menunjukkan retensi lemak tertinggi yaitu pada perlakuan B yakni sebesar 376,24% sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan D yaitu 274,80%. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa perbandingan perlakuan limbah sawi 40% dan 30% serta 0 dan 20% maupun 40% dan 20% menunjukkan perbedaan yang tidak nyata ( p>0,05). Gallagher (1993) dalam Ali et al., (2002),  hal ini sejalan dengan  Elita (2002) mengatakan bahwa Sawi memiliki keunggulan pada serat, didalam saluran pencernaan serat akan mengikat asam empedu dan kemudian dikeluarkan melalui feses. Semangkin tinggi konsumsi serat maka akan semangkin banyak asam empedu dan lemak yang dikeluarkan oleh tubuh. Serat makanan terbagi menjadi dua kelompok , yaitu serat larut dan serat tidak larut. Didalam serat terdapat zat yang disebut lignin. Zat ini merupakan zat yang sukar dicerna, sifat zat ini adalah menghambat komponen serat lain.  Serat berfungsi untuk melunakkan feses dan meninggkatkan volume feses. Serat juga mempengaruhi waktu singgah makanan yang masuk kedalam pencernaan, waktu singgah yang pendek tersebut terajadi akibat banyaknya air yang tertahan dalam rongga usus oleh bahan-bahan yang sulit dicerna.
peningkatan kandungan protein dan lemak tersebut diduga karena keberadaan sejumlah asam amino bebas dan aktivitas enzim-enzim hidrolisis yang tinggi pada pakan. Selanjutnya dijelaskan juga bahwa asam-asam amino tersebut dapat diserap dan dimanfaatkan secara lansung oleh ikan dalam sintesis protein tubuh.




   .
b.      Laju Pertumbuhan Harian   
Berdasarkan hasil uji normalitas lilliefors di dapat nilai L hitung maksimum 0.225 yang lebih kecil dari L tabel 1% (0.242), maka data tersebut dapat di katakan normal (lampiran 14). Kemudian dilakukan uji homogenitas di dadapatkan X2 hitung sebear 4,005 lebih kecil dari x2 tabel 5 % ( 9,49) dan x2 tabel 1% ( 13.28), maka dapat dikatakan data bersipat homogen (lampiran 15).
Hasil analisis varian (ANAVA) di dapatkan F hitung untuk laju pertumbuhan harian sebesar 12,59  lebih besar dari F tabel 5 % (4,07) dan F tabel 1 % (7,59) yang bearti antar perlakuan menunjukan bahwa hasil uji ANAVA berbeda sangat nyata (lampiran 16).  Hasil uji beda nyata terkecil yang di gunakan (BNT) untuk laju  pertumbuhan harian diketahui bahwa antar perlakuan berbeda tidak nyata, (lampiran 17). Hal ini jelas menperlihatkan bahwa pemanfaatan limbah organik sawi pada pembuatan pakan dapat di manfaatkan sebagai pakan ikan biawan sebanyak 20% dari total pakan ikan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan bobot harian tertinggi diperoleh perlakuan B (20%) di ikuti berturut-turut perlakuan D dan C. Perlakuan yang terendah didapatkan dari perlakuan A (control) sebesar 1,22% hal ini dikarenakan nutrisi dilalam pakan sangat mempengaruhi laju pertumbuhan ikan biawan. Rendahnya laju pada perlakuan C dan A pertumbuhan dikarenakan nutrisi didalam pakan merupakan nutrisi terendah, sehingga nutrisi pada perlakuan A dan C tidak mencukupi kebutuhan benih ikan biawan.
   







c.  Efensiensi Pakan
Berdasarkan hasil uji normalitas lillifors di dapatkan nilai L hitung maksimal 0,2048 yang lebih kecil dari L tabel 1 % (0.2420 ), maka data tersebut dapat di katakan normal (lampiran 18) Kehomogenan barlet di dapat X2 hitung sebesar 7,368 lebih kecil dari X2 tabel 1% (13.28), maka data bersipat homogen (lampiran 21). Hasil analisa keragaman didapatkan F hitung untuk efesiensi pakan sebesar  16,16  lebih besar dari F tabel 5% (9,49) dan 1% (7,59) (lampiran 21) yang mana tiap perlakuan berbeda sangat nyata. Tingkat efensiensi pakan yang paling baik diperoleh dengan persentase pemberian pakan optimum, karena pakan yang tepat tidak akan mengakibatkan kualitas air menurun.
d.      Kelangsungan Hidup

Kelansungan hidup  adalah jumlah organisme yang hidup pada akhir penelitian yang dinyatakan dalam persentase. Tingkat kelangsungan hidup merupakan kebalikan dari tingkat mortalitas.  Nilai kelangsungan hidup akan tinggi jika faktor kualitas dan kuantitas pakan, serta kulitas lingkungan mendukung. kelangsungan hidup ikan biawan (SR) pada akhir penelitian untuk semua perlakuan dan ulangan adalah 100%  dapat dilihat sebagai berikut :












Tabel diatas menunjukan bahwa Khairuman (2008), kelansungan hidup benih ikan biawan selama penelitian sejak pengamatan hari ke- 1 sampai hari ke – 50 (akhir pengamatan) adalah 100%. Ini bearti benih ikan biawan selama penelitian tidak ada yang mengalami kematian. Pada saat penelitian dapat dikatakan bahwa kondisi lingkungan fisik, kimia ikan biawan selama penelitian masih sesuai atau dapat ditolerir oleh benih ikan biawan. Menurut Amri dan menyatakan bahwa kelulus hidupan dipengaruhi kualitas air, pakan, umur, serta kepadatan pemeliharaan.

4.        Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
a)    Benih ikan biawan dapat memanfaatkan protein dengan baik sehingga menghasilkan nilai retensi protein tertinggi mencapai 1,49% (protein)  dan lemak tertinggi pada perlakuan control 378,98%.
b)    Pakan campuran limbah organik sawi dengan persentase yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap Laju Pertumbuhan Harian (%) benih ikan biawan dengan laju pertumbuhan harian (%) yang tertinggi pada perlakuan B (limbah organik sawi 20%) yaitu 1,58%.
c)     Benih ikan biawan dapat memanfaatkan pakan campuran limbah organik sawi dengan baik sehingga menghasilkan nilai efensiensi pakan tertinggi sebesar 6,47% / hari.
d)    Pakan campuran limbah organik sawi dengan persentase yang berbeda pada semua perlakuan menunjukkan nilai kelangsungan hidup yang tinggi yaitu 100% yang menandakan tidak ada kematian selama masa pengamatan terhadap benih ikan biawan.
e)     Selama masa pemeliharaan parameter kualitas air antara lain pH, oksigen terlarut dan suhu masih cukup baik bagi pertumbuhan benih ikan biawan.
        45
 

5.                   Saran.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama lima puluh hari terhadap benih ikan biawan dengan pemberian pakan berupa limbah Organik Sawi dengan persentase yang berbeda, sebaiknya dalam pemeliharaan benih ikan biawan digunakan pakan campuran limbah Organik sawi pada perlakuan B yaitu pakan campuran limbah Organik sawi 20% yang memperlihatkan hasil pertumbuhan dan kelangsungan hidup terbaik berdasarkan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Asmawi. S., 1983. Pemeliharaan ikan kerapu dalam karamba. Diterbitkan atas kerjasama antara pemerintah DKI Jakarta dan PT. Gramedia Jakarta.

Cholik. F., Artati dan R. Arifudin., 1986. Pengelolaan kualitas air kolam. INFIS Manual seri nomor 26. Dirjen Perikanan. Jakarta. 52 hal.

Langkosono.2007. BudidayaIkanKerapu(Serranidae)danKualitasPerairan.UPT LokaPengembanganBioindustriLaut, LembagaIlmuPengetahuan Indonesia (LIPI) Mataram, Dusun TelukKodekDesaMalakaKecamatanPemenang.  Lombok Barat

Langkosono dan Wenno, L. F. 2003. Distribusi Ikan Kerapu (Serranidae) dan Kondisi Lingkungan Perairan Kecematan Tanimbar Utara, Maluku Tenggara. Prosiding Lokakarya Nasional dan Pameran Pengembangan Agribisnis Kerapu II. Jakarta, 8 ñ 9 Oktober 2002. Menggalang Sinergi untuk Pengembangan Agribisnis Kerapu. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Budidaya Pertanian BPPT, Jakarta. Hal 203-212.

Sari, T.W. 2011.TeknikPembenihanKerapuMacan (Epinephelusfuscoguttatus) di BalaiBesarRisetPerikananBudidayalautGondolKabupatenSingaraja, Provinsi Bali.FakultasPerikanandanKelautanUniversitasAirlangga. Surabaya. 81 hal.[Tidakdipublikasikan].

Wardoyo, 1975. Pengelolaan Kualitas Air. ITB. Bogor. 41 hal.

Indra, Rahmatullah J, Rasmi. 2011. Pengaruhfaktorfisikadalambudidayaikan.FakultasPerikanandanIlmuKelautanUniversitasBrawijaya. Malang.

Boyd, C.E. 1990. Water Quality In Ponds For Aquaqulture. Birmingham Publishing CO. Birmingham, Alabama: ix+482.

Sunirco et al. 2008. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Pertumbuhan Ikan Kerapu Sunu yang dipelihara dalam Karamba. Tolobundu Sulawesi                 Tengah.

Nana S.S. Udi Putra, M. Syaichudin, Fauzia, Suarni, Hasmawati, M. Syahrir. 2007. UpayaPeningkatanKualitasIkanKerapuMacan(EpinephelusFuscoguttatus)padaPendederanBerdensitasTinggiMelaluiPemanfaatanStimulasiArusBuatan.BalaiBudidaya Air Payau TAKALAR.

Puja Y., Evalawati dan S. Akbar. 2001. Teknik Pembesaran. Pembesaran Kerapu Bebek dan Kerapu Macan di Keramba Jaring Apung. Ditjenkan. BBL. Lampung. Hal 26-30.

Utami, D. 2001. PengaruhPemupukanLanjutanterhadapSintasandanLajuPertumbuhanBenihIkan Mas (CyprinusCarpio)padaPendederanPertama.InstitutPertanian Bogor. Bogor. 62 hal [tidakdipublikasikan].

Tegar Al Gafhani, Iskandar, dan Astuti S. 2012. Pengaruh Kepadatan Tehadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Kerapu Bebek (Cromileptes Altivelis) pada Pendederan Kedua. Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran.



0 Response to "CONTOH JURNAL PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK"

Post a Comment

SITEMAP

Contak Us